Melacak Orang Donggo Dari Tangga Lengge
Kemana sih Ama La Hama ? Pada masa
lalu, pertanyaan itu tidak perlu diungkapkan. Karena masyarakat Donggo Bima
baik yang berada di dataran tinggi Bima
bagian barat ( Donggo Ipa) maupun di dataran tinggi sebelah tenggara teluk
Bima( Donggo ele) memiliki tradisi pesan tradisional melalui cara menyimpan
tangga Lengge. Dari cara penempatan tangga lengge ketika si pemilik
meninggalkan lengge untuk suatu keperluan, para tamu pun mengetahui kemana
perginya si pemilik.Jadi tidak perlu bertanya lagi.
Tangga
lengge tidak selalu dalam keadaan terpasang. Dalam kebiasaan masyarakat Donggo,
ada sandi atau tanda yang diketahui oleh kerabatnya dari cara mereka menyimpan
tangga. Apabila tangganya dibiarkan terpasang, berarti penghuninya telah pergi
ke ladang dan akan kembali dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama. Apabila
tangga disimpan agak jauh dari rumah, hal itu berarti penghuninya telah pergi
jauh dan akan kembali dalam waktu yang lama. Apabila ada anggota keluarga yang
meninggal, jenazahnya tidak boleh diturunkan melalui pintu dan tangga. Tetapi
diturunkan melalui atap rumah. Di halaman rumah harus ada beberapa buah batu
sebagai tempat tinggal roh leluhur yang sudah meninggal. Dan pada waktu
tertentu diadakan upacara pemujaan roh yang disebut Toho Dore.
![]() |
Kompleks Uma Lengge Di Wawo |
Struktur
Uma Lengge berbentuk kerucut setinggi 5-7 cm, bertiang empat dari bahan kayu,
beratap alang-alang yang sekaligus menutupi tiga perempat bagian rumah sebagai
dinding dan memiliki pintu masuk di bagian bawah. Untuk bagian atap, terdiri
atas atap uma atau butu uma yang terbuat dari daun alang alang, langit-langit
atau taja uma yang terbuat dari kayu lontar, serta lantai tempat tinggal
terbuat dari kayu pohon pinang atau kelapa. Pada bagian tiang uma juga
digunakan kayu sebagai penyangga, yang fungsinya sebagai penguat setiap
tiang-tiang Uma Lengge. Uma Lengge terdiri dari tiga lantai. Lantai pertama
digunakan untuk menerima tamu dan kegiatan upacara adat. Lantai kedua berfungsi
sebagai tempat tidur sekaligus dapur. Sementara itu, lantai ketiga digunakan
untuk menyimpan bahan makanan, seperti padi dan palawija. Pintu
rumah berada di bagian yang tersembunyi yaitu di pojok atau di sudut ruang
atas.
Antropolog
Elbert dalam kunjungannya di Bima pada tahun 1909 menamakan rumah tersebut A
Frame (Kerangka Huruf A). Rumah seperti ini berfungsi sebagai penyimpan panas
yang baik, mengingat daerah Donggo adalah daerah pegunungan yang berhawa
dingin. Disamping itu, prototype bangunan ini tahan gempa dan angin kencang. Namun
kini keberadaan Uma Lengge sudah langka. Di Mbawa hanya ada satu Uma Lengge
yaitu di Sangari yang disebut warga sebagai Uma Ncuhi. Di Sambori terdapat satu
Uma Lengge, namun beratap seng. Ada juga replica yang dibuat Disbudpar NTB,
tapi seperti Baruga di Lombok. Kompleks Uma Lengge yang berpadu dengan Jompa
(Lumbung) masih tertata rapi hingga kini yaitu di desa Maria kecamatan Wawo.
Penulis
: Alan Malingi
Post a Comment