Gentan Tipar
Di celah acara
pemakaman Dr.Hj. Siti Maryam Salahuddin Minggu siang 19 Maret 2017, saya
menyempatkan berdiskusi dengan Sultan Sumbawa YM. DEWA MASMAWA SULTAN MUHAMMAD
KAHARUDDIN IV dan kerabat kesultanan Sumbawa Pak Hasanuddin tentang
hubungan kawin Mawin dan kedekatan antara kesultanan Sumbawa dan Bima. Hubungan
kedua kerajaan ini memang sudah lama terjalin baik dari sisi politik,sosial dan
budaya dan dipererat lagi dengan pernikahan. Daeng Ewan yang juga fasih
berbahasa Bima ini berziarah ke makam SULTANAH SYAFIATUDDIN DAENG MASIKI di
kompleks makam sultan Bima di sebelah barat Masjid Sultan Muhammad Salahuddin.
Siapakah Syafiatuddin?
Almaruhmah adalah Sulltanah
Sumbawa 1791 - 1795 sekaligus Permaisuri Sultan Abdul Hamid. Sultan Bima ke 9
yang memerintah pada tahun 1773 - 1819.Pernikahan Abdul Hamid dengan
Syafiatuddin tidak dikaruniai anak. Setelah meninggal, Sultan Abdul Hamid
menikah lagi dengan Datu Sagiri atau Datu Giri yang merupakan adik kandung dari
Syafiatuddin. Dari pernikahan inilah melahirkan Sultan Ismail, Sultan Bima ke
10 yang memerintah tahun 1819 - 1854. Dalam adat Sumbawa Datu Sagiri disebut
GENTAN TIPAR karena menikah dengan suami kakaknya yang telah meninggal
dunia.Makam Datu Sagiri adalah di kompleks makam Dana Taraha.
Di paruh awal abad ke
20, tepatnya tahun1930 hubungan kekeluargan kesultanan Bima dengan Sumbawa
terus terjalin melalui pernikahan antara Siti Khadijah puteri Sultan Muhammad
Salahuddin dengan Sultan Sumbawa Kaharuddin III. Siti Khadijah menjadi Paduka
Sumbawa. Buah pernikahan itu melahirkan Hj. Nindo Siti Rahayu Daeng Risompa ( Almrh ) dan
Muhammad Abdurrahman Daeng Raja Dewa ( Daeng Ewan ) Sultan M. Kaharuddin IV
yang bergelar Dewa Masmawa Sultan Kaharuddin IV, sultan Sumbawa saat ini.
Penulis : Alan Malingi
Sumber : Hasanuddin,
S.Pd ( Kerabat Kesultanan Sumbawa )
Post a Comment