Perang Laut Di Utara Bima
Pengalaman Isuzu
tidaklah sedikit mencicipi panasnya perang dunia ke dua. Setelah diluncurkan di
Uraga Dock Tokyo pada tahun 1920, sebagai kapal jelajah ringan berkelas NAGARA
ia berulang kali diterjunkan dalam berbagai misi diantaranya Guadacanal dan Hongkong.
Pada tanggal 4 April 1945, Isuzu dikirim untuk mengangkut detasemen tentara Dai
Nipon dari Kupang ke Pulau Sumbawa (Bima). Ia bergabung dalam konvoi bersama
sejumlah arsenal laut tentara kekaisaran jepang yang terdiri dari kapal torpedo
KARI and penyapu ranjau W-12 and W-34.
Di tengah pelayaran,
kelompok Isuzu ternyata terdeteksi keberadaannya oleh formasi kapal selam USS
Charr, Besugo dan Gabilan, yang bergabung dengan HMS Spark de sekitar Sumbawa.
Taktik formasi empat kapal selam sekutu yang dikenal sebagai Wolpack yang
awalnya diperkenalkan oleh U-Boat Jerman dalam perang di Atlantik itu memang
menjadi andalan sekutu dalam menghancurkan konfoi kapal perang. Mengingat
ramainya kawalan pesawat tempur Jepang, "gerombolan serigala" menunda
serangan mereka dan berlindung di kedalaman Laut Flores.
Pada tanggal 6 April
1945, Isuzu akhirnya diserang di utara Sumbawa oleh sepuluh pembom B-25
Mitchell dari Skuadron No. 18 (Hindia Belanda), yang berbasis di Batchelor
Airfield di selatan Darwin, Australia. Isuzu mengalami kerusakan, ia nyaris
kehilangan lambung kanannya akibat 60 bom seberat 300 kg yang dijatuhkan
beberapa diantaranya mengenai sasaran.
Misi kapal yang sudah
memperkuat pertahanan Jepang di berbagai negara asia ini berhasil. Pada hari
yang sama, Isuzu berhasil mendaratkan pasukan di Teluk Bima, pesisir timur laut
Pulau Sumbawa. Namun siapa sangka, gelombang perang pasifik menamatkan kisahnya
di kepulauan nusa tenggara. Dalam perjalanan kembali, tak jauh dari daratan
Flores, Isuzu kembali diserang tepat pada bagian haluan oleh dari pesawat
pembom B-24J "Liberator" dari RAAF RAAD Squadron No. 21 dan No 24
yang berbasis di Northern Territory of Australia. Dalam serangan udara ini, dua
B-24 ditembak jatuh oleh pesawat Kekaisaran Jepang.
Di perairan antara
Sumbawa dan Pulau Komodo (Selat Sape), konvoi dicegat oleh kapal selam Besugo (SS-321) yang menembakkan sembilan
torpedo ke arah Isuzu dan konvoinya.
Isuzu tidak terkena, namun satu kapal penyapu ranjau Jepang tenggelam di
sebelah barat laut Pulau Kelapa.
Keesokan harinya, 7
April 1945 dini hari, 60 mil (97 km) barat laut Bima, Isuzu dihantam lagi oleh
satu dari lima torpedo yang dilepaskan oleh Gabilan (SS-252). Torpedo mengenai
lambung kiri, menyebabkan banjir air laut ke depan kapal. Kecepatan Isuzu turun
di bawah 10 knot (19 km / jam), dan trim haluan.
Sementara krunya sedang
melakukan perbaikan darurat, kapal selam ketiga, Charr (SS-328) melepaskan
empat torpedo, memukul sisi samping Isuzu dua kali di dekat ruang mesin
belakang. Charr kemudian melepaskan dua torpedo lagi, yang salah satunya
menghentikan total petualangan Isuzu.
Tiga menit setelah
ledakan akhirnya ia tenggelam di posisi 07°38's118°09'E/7.633°S118.150°E. Kapal
selam USS Spark sempat menyaksikan evakuasi kapten Matsuda dan 450 awak kapal
ke kapal pengawal lainnya, sementara 160 orang dinyatakan tewas. Isuzu pun
teronggok dalam keheningan pada kedalaman sekitar 1000 meter tak jauh dari
Pulau Sangiang Bima. Isuzu maru berbobot 5.659 ton, panjang 162,1 meter mesin
90.000 tenaga kuda (hp).
Penulis : Arief Rhakateza Rahman
Post a Comment