Tradisi Ndawi Lopi
Ndawi Lopi atau membuat
perahu merupakan tradisi turun temurun yang dilakukan oleh masyarakat pesisir
Mbojo. Entah sejak kapan tradisi ini ada, namun yang jelas kontak budaya dengan
Bugis dan Bajo serta masyarakat Sulawesi lainnya menjadi penguat dugaan bahwa
bahwa tradisi ndawi lopi dipengaruhi oleh kedatangan suku petualang samudera
itu. Apakah suku mbojo sendiri sudah bisa membuat perahu sebelum kontak dengan
Bugis dan Bajo? sepertinya masih perlu dilakukan riset untuk hal ini.
Dalam beberapa literatur,
masyarakat Bima telah menjalin hubungan dengan beberapa kerajaan seperti Jawa
dan wilayah lainnya. Penjualan kuda dan berbagai produk telah marak dilakukan
di pelabuhan Bima sejak abad ke 10 hingga era kesultanan. Belum diketahui apakah
pada saat kontak dengan Jawa dan kerajaan kerajaan lainnya ini, nasyarakat
Mbojo sudah memproduksi perahu.
Abad ke 15, kerajaan Bima
melakukan ekspansi ke wilayah timur hingga ke Alor dan Solor. Nah...ekspansi
itu tentu tidak terlepas dari kesiapan dan kekuatan armada laut Pabise. Dalam
hal ini, Ndawi Lopi tentu menjadi langkah utama yang dilakukan untuk misi
ekspansi tersebut. Namun sayang jejak perahu sebagai bagian penting dari armada
laut Bima yang disebut Pabise itu belum ditemukan hingga saat ini. Dalam BO
Sangaji Kai, hanya disebut beberapa nama perahu milik kesultanan dan pejabat
kesultanan yaitu Kapal Waworada dan Sirat Ad Dunia pada masa pemerintahan
Sultan Abdul Hamid Muhammadsyah Ji'lula fil alam( 1773- 1819).
Kini tradisi Ndawi Lopi
masih terus berlanjut di wilayah pesisir Bima yang dilakukan oleh orang orang
Bima keturunan Bugis, Bajo, dan Bulukumba. Tradisi Ndawi Lopi masih dapat kita
lihat di desa Lamere, Bugis, Bajo Pulo di Sape. Ada juga di wilayah Langgudu
dan bahkan di teluk Bima seperti di Bonto dan sekitarnya.
Khusus di desa Sangiang
kecamatan Wera, Ndawi Lopi juga disertai tradisi Kalondo Lopi atau menurunkan
perahu ke laut setelah selesai perahu dibuat dan siap untuk berlayar.
Ndawi Lopi menelan biaya
yang besar. Ndawi Lopi yang ukuran kecil menghabiskan dana antara Rp.20 hingga
50 juta. Sedangkan yang ukuran sedang dan besar mencapai ratusan juta hingga
milyaran rupiah.Tradisi Ndawi Lopi ini menarik untuk ditelusuri lebih lanjut
untuk membuka tabir sejarah Mbojo.
Penulis: Alan Malingi
Post a Comment