Mengenang M.Hilir Ismail
Dia sudah saya anggap sebagai ayah. Di
rumah panggungnya di tengah kampung Rabangodu, saya banyak belajar tentang
sejarah dan budaya Bima pada sosok Hilir Ismail. Hampir setiap hari saya
mengunjungi rumahnya, berbicara tentang budaya, sejarah, keluh kesah, sakit
yang diteritanya bahkan kesulitan ekonomi yang dialami keluarganya. Maklum,
dengan gaji pensiun sebagai penilik kebudayaan tidaklah mencukupi untuk
membiayai sekolah anak-anaknya. Namun berkat kegigihan, kesabaran dan tawakal
kepada Allah, anak-anaknya sudah menjadi sarjana dan mendapatkan
pekerjaan. M. Hilir Ismail lahir di Bima, 10
Nopember 1943, meraih sarjana sejarah pada Universitas Indonesia tahun 1975.
sejak usia muda Hilir telah mencurahkan perhatian dan pengabdian pada bidang
sejarah dan budaya Mbojo. Sebagai seorang sejarahwan dan budayawan Mbojo Hilir
telah banyak menuangkan ide dan pemikirannya baik dalam bentuk malalah maupun
buku-buku sejarah dan seni budaya Mbojo.
Setelah pensiun dari Pengawas pada
Dinas P dan K Kabupaten Bima, hilir terus menulis berbagai buku dan menjadi
pembicara dalam berbagai seminar dan kajian-kajian sejarah budaya.
Disamping itu, Hilir bersama Istri Siti Linda Yuliarti ini aktif membina salah
satu Sanggar Seni Budaya Paju Monca. Karya-karnya yang sudah dibukukan antara
lain : Peranan Kesultanan Bima Dalam Perjalanan Sejarah Nusantara, Buku Seni
Budaya Mbojo untuk Mulok SD dan SMP, Buku Sejarah Bima untuk Mulok SD dan SMP,
Peranan Museum dalam Upaya Pelestarian budaya bangsa, Peranan Budaya Lokal
Dalam Mensukseskan Pembangunan Di Kabupaten Bima, Menelusuri Jejak Perjuangan
Tiga Tokoh Bima, serta sejumlah Makalah dan Dikat yang disampaikan
langsung pada berbagai forum ilmiah.
Tentunya seluruh masyarakat Bima sangat
kehilangan sosok yang bersahaja dan tetap konsisten dengan cinta dan cita-cita
nya untuk melestarikan seni budaya Mbojo. Seluruh hidupnya tercurahkan untuk
mengangkat dan mempromosikan budaya daerah baik di event regional maupun
nasional. Selama menggarap buku dan bertukar pikiran almarhum kerap
mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kelestarian asset-aset budaya Bima.
Kepada generasi muda beliau berpesan untuk senantiasa belajar dan
mencintai akar budaya Mbojo yang islami.
Di keheningan Jum'at pagi awal tahun 2011,
Muma (sapaan akrabnya) meninggalkan kita semua. Kini budayawan itu telah
kembali keharibaanNya. Kembali bersama cinta dan citanya terhadap budaya tanah
leluhurnya. Selamat Jalan Pak Hilir, semoga mendapat tempat yang layak di sisi
Nya. Amin.
Penulis : Alan Malingi
Post a Comment