Pesanggrahan Dan Romantika Masa kolonial
Antara tahun 1920 hingga 1936, Belanda mendirikan bangunan-bangunan pemukiman,kantor dan bahkan tempat peristirahatan atau persinggahan yang oleh orang-orang Bima diberinama Pesanggrahan. Tercatat ada 5 bangunan pesanggrahan yang ada di Bima. Tetapi hanya 3 yang masih berdiri megah hingga sekarang ini. Kelima pesanggarahan itu adalah Pesanggrahan Sape( Sudah dirubuhkan), pesanggarahan Wawo, Pesanggarahan Bolo( sama dengan sape) dan pesanggrahan atau rumah atas Tambora yang ada di kompleks perkebunan kopi Tambora dan dekat dengan Sori Sumba yang menjadi temuan artefak Tambora. Bangunan-bangunan ini berada di ketinggian di atas 500 mdpl dengan hawa sejuk dan memang sangat tepat untuk peristirahatan. 3 pesanggarahan ini adalah aset wisata sejarah dan wisata alam yang semestinya ditata dan dikelola secara profesional sehingga mampu menarik PAD dan menjadi destinasi wisata pegunungan di kabupaten Bima.
Pesanggrahan Wawo yang dibangun pada tahun 1936 sesuai yang tertulis pada jembatan(deker) pintu masuk pesanggrahan itu kondisinya cukup memprihatinkan. Bangunannya tidak terurus, kamar-kamarnya juga terlihat kumuh, halamannya yang lumayan luas tidak dimanfaatkan secara optimal. Ada dua baruga dan satu bangunan sepertinya adalah aula kecil. Namun semuanya dibiarkan tak teurus. Semestinya dihalaman pesanggarahan ini juga dibuat taman-taman, tempat permainan anak-anak dan juga semacam cafe atau resto kecil dengan menu khas Bima. Hal yang sama juga saya temui di pesanggarahan Donggo. Halamannya tak sleuas pesanggrahan Wawo. Namun keunikan di sini adalah view indah yang langsung mengarah ke teluk Bima. Pesanggrahan ini semestinya ditata apik menjadi sebuah museum kebudayaan Donggo dengan berbagai macam foto-foto situs pra sejarah yang ada di Donggo dan sekitarnya. Kemudian di pintu masuk dibuat pintu gerbang dan loket untuk tiket masuk. Halamannya dibuat taman dan juga baruga-baruga untuk wisatawan..
Pesanggrahan Tambora dengan sederet temuan artefak peninggalan peradaban Tambora juga adalah aset yang berharga untuk ditata sebagai museum Tambora atau penginapan bagi pengunjung yang ingin menikmati udara pegunungan. Tiga pesanggrahan yang kini masih ada adalah romantika masa silam untuk terus ditata dan dikembangkan untuk masa depan Do Labo Dana Mbojo.
Penulis : Alan Malingi
![]() |
Pesanggrahan Donggo |
Pesanggrahan Wawo yang dibangun pada tahun 1936 sesuai yang tertulis pada jembatan(deker) pintu masuk pesanggrahan itu kondisinya cukup memprihatinkan. Bangunannya tidak terurus, kamar-kamarnya juga terlihat kumuh, halamannya yang lumayan luas tidak dimanfaatkan secara optimal. Ada dua baruga dan satu bangunan sepertinya adalah aula kecil. Namun semuanya dibiarkan tak teurus. Semestinya dihalaman pesanggarahan ini juga dibuat taman-taman, tempat permainan anak-anak dan juga semacam cafe atau resto kecil dengan menu khas Bima. Hal yang sama juga saya temui di pesanggarahan Donggo. Halamannya tak sleuas pesanggrahan Wawo. Namun keunikan di sini adalah view indah yang langsung mengarah ke teluk Bima. Pesanggrahan ini semestinya ditata apik menjadi sebuah museum kebudayaan Donggo dengan berbagai macam foto-foto situs pra sejarah yang ada di Donggo dan sekitarnya. Kemudian di pintu masuk dibuat pintu gerbang dan loket untuk tiket masuk. Halamannya dibuat taman dan juga baruga-baruga untuk wisatawan..
Pesanggrahan Tambora dengan sederet temuan artefak peninggalan peradaban Tambora juga adalah aset yang berharga untuk ditata sebagai museum Tambora atau penginapan bagi pengunjung yang ingin menikmati udara pegunungan. Tiga pesanggrahan yang kini masih ada adalah romantika masa silam untuk terus ditata dan dikembangkan untuk masa depan Do Labo Dana Mbojo.
Penulis : Alan Malingi
Post a Comment