Seniman Ladang
Menjadi artis tentu tidak hanya harus manggung di panggung yang mewah dan disaksikan oleh riuh penonton dan penggemar. Tapi dimanapun dia berada dan menghibiur audiensnya, dia adalah artis. Karena hakikat seorang artis dan seniman itu adalah menghibur dan menggugah rasa indah dalam diri manusia. Salah satunya adalah Muhtar, warga RT 30 kelurahan Jatibaru Kota Bima yang mengabadikan hidup sebagai Seniman Sagele Gambo. Sejak.kecil Muhtar telah belajar memetik Gambo secara otodidak. Bakat menyanyi Rawa Mbojo dalam kegiatan Sagele pun diperoleh dari hamparan ilallang di sekitarnya. karena pantun yang terurai dari bibirnya ketika memetik gambo adalah spontanitas,tanpa ditulis dan dibuat.not baloknya terlebih dahulu.
Di usianya yang mendekati keoala lima ini, Muhtar masih tetap memetik Gambo,mengiringi sagrle pada setiap musim tanam.Upah yang.didapatkannya.pada setiap sagele sebesar Rp.300.000. Itu dilakukannya sejak pukul 7 pagi sampai jam 12 siang. Dengan menenteng tas.kecil.yang berisi amplifair yang dirakit khusus,kabel jack yang disambungkan ke Gambo dan Aki kecil , Muhtar memetik gambo sambil bernyanyi mengiringi para perempuan yang menanam benih benih padi di hamparan ladang di bekas hutan Ncai Kapenta Kota Bima. Muhtar juga bertindak sebagai pemandu yang mengarahkan para ibu dalam prosesi sagele. Terkadang dalam satu bait Rawa Mbojo yang dinyanyikan Muhtar,mendapat respon juga dari perempuan perempuan itu.senandung pun saling berbalas, dan timbullah gelak tawa lepas di antara mereka,termasuk saya.yang menyaksikannya. Senyum.dan.tawa lepas itu menyehatkan,membahagiakan dan mengesankan dalam setiap acara sagele. Kebersamaan yang terjaalin dalam setiap sagele sungguh.indah.Meski dengan menu sederhana,ikan teri,oi mangge(air asam yang dicampur sedikit bawang,kemangi dan garam), nasi panas l,mereka santap dengan lahap sambil membasuh butir butir.keringat dalam derai gerimis Desember.
Post a Comment