Negeri 5 Istana
![]() |
Istana Bima Asi Mbojo |
Bima atau Dana Mbojo pada masa lalu adalah sebuah kerajaan dan
kesultanan yang memiliki wilayah hingga ke kepulauan Alor dan Solor.
Abad 15 adalah tonggak ekspansi kerajaan Bima jauh ke seberang timur
pusat pemerintahannya. La Mbila, putera Bilmana melakukan ekspansi
wilayah hingga dijuluki La Mbila Ma Kapiri Solor. Armada laut Bima
“Pabise “ tercatat sebagai armada laut yang kuat hingga paruh abad
ke-20 dan bukti kejayaan itu masih berdiri tegak di depan Istana Bima
yang dikenal dengan Tiang Kasipahu. Tidak hanya itu, wilayah Bima juga
memanjang ke barat hingga gunung Tambora. Bahkan kesultanan Dompu pun
pernah digabungkan dengan kesultanan Bima selama 13 tahun yaitu tahun
1934 hingga 1947.
Kerajaan Bima masih menyimpan jejak tertulis
maupun arkeologis. Dalam sebuah symposium Internasional penaskahan
nusantara tahun 2008 yang dilaksanakan di gedung DPRD Kabupaten Bima,
para pakar memberikan apresiasi positif karena Bima masih memiliki
catatan dan jejak peradaban yang lumayan lengkap. Jejak peradaban itu di
antaranya adalah Istana atau Asi yang masih ada hingga saat ini.
Berikut 5 Asi atau Istana Bima yang tersebar dalam wilayah kerajaan Bima hingga di wilayah Pota Manggarai.
1. Asi Pota
Asi Pota berada di wilayah Pota Manggarai. Istana ini ditempati oleh
para Naib Sultan Bima atau perwakilan Raja Bima yang ada di Manggarai
dan sekitarnya. Biasanya yang diangkat sebagai Naib adalah putera Sultan
dan keluarga atau kerabat Raja. Diperkirakan pembangunan Asi Pota
adalah pada saat ekspansi wilayah kerajaan Bima sejak abad 15. Foto di
bawah ini adalah foto perwakilan kerajaan Bima bersama para pembesarnya
di Manggarai. Disamping jejak istana, jejak bahasa juga masih sangat
kuat di wilayah Manggarai dan sekitarnya, Bahasa Bima (Nggahi Mbojo)
menjadi bahasa kedua di wilayah ini hingga sekarang.
![]() |
Lambang Naga Pada Asi Kalende |
Meskipun kondisinya memprihatinkan, namun Asi Kalende juga merupakan
bukti jejak kerajaan dan kesultanan Bima. Asi Kalende diperkirakan
Istana tua yang dibangun dan ditempati oleh Ruma Bicara (Perdana
Menteri). Asi Kalende berbahan kayu tapi berbentuk Uma Pa’a (pahat). Asi
Kalende berada di Kelurahan Pane, tidak jauh dari kompleka Pemakaman
Bata, Raja Bicara, dan diapit oleh jalan Datuk Dibanta dan jalan
Patimura. Menurut Fahru Rizki, Asi Kalende mulai disebutkan dalam
hikayat Sang Bima tentang Silsilah Raja (madoho Asi Kalindi)
diperkirakan abad 15. Asi Kalende dibangun pada masa Ruma Bicara Abdul
Nabi. Menurut peneliti budaya Muhammad Adlin Sila, Keberadaan Asi
Kalende terkait dengan Bicara Quraish. Bicara atau Mangkubumi ini
berkuasa di zaman Sultan Ibrahim. Bicara Quraish bertempat tinggal di
Asi Kalende sedangkan Sultan Ibrahim di Asi Mbojo. Konon, Asi Kalende,
istana Bicara, diyakini sebagai istana pertama. Hal itu dibuktikan
dengan keberadaan patung Naga yang terbuat dari kayu dan masih
terpasang di ujung atap teras istana.
Asi
Mpasa terletak di wilayah Raba yang sekarang menjadi Gedung DPRD Kota
Bima. Asi Mpasa lebih tua daripada Asi Mbojo. Asi Mpasa merupakan tempat
tinggal Sultan Ibrahim.
Istana Bima
merupakan perpaduan arsitek gaya eropa dan Bima. Saat ini luas Luas
Tanah / Bangunan : 30,728 m2 (167 x 184) / 824 m2 (6 x 18). Asi ini
mulai dibangun pada tahun 1927 yang dirancang oleh arsitek Ambon
Rehatta, dan berubah setatus menjadi museum pada tahun 1989, serta pada
bulan Maret 2008 menjadi UPTD Museum Asi Mbojo. Pembangunan Asi Mbojo
dilakukan dengan gotong royong yang dipimpin oleh Bumi Jero ( Pejabat
yang mengurusi pembangunan semacam departemen PU Kesultanan Bima).
5. Asi Bou
![]() |
Asi Bou di sebelah timur Asi Mbojo |
Dinamakan ASI BOU karena didirikan belakangan setelah pendirian Istana
Bima pada tahun 1927, tepatnya pada masa Pemerintahan Sultan Ibrahim
(1881 – 1936). ASI BOU Dibangun untuk putera Mahkota Muhammad
Salahuddin. Namun setelah dinobatkan menjadi sultan, Muhammad Salahuddin
memilih tinggal di Istana lama. Akhirnya ASI BOU ini ditempati oleh
adiknya Haji Abdul Azis atau yang dikenal dengan nama Ruma Haji.Bangunan ini menghadap ke arah utara dengan panjang sekitar 16 Meter dan
lebar 8 meter. Terdiri dari Sancaka Tando (Emperan Depan ) yang
berfungsi sebagai ruang tamu. Ada juga beberapa kamar tidur sultan dan
keluarganya. Kemudian dibelakangnya terdapat Sancaka Kontu (Serambi
Belakang )berfungsi sebagai dapur. Atapnya terbuat dari genteng pilihan.Asi Bou merupakan salah satu benda cagar budaya sebagaimana diatur
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992 Tentang Cagar
budaya dan juga telah tertuang dalam Monumenter Ordonantie stbl, 238
Tahun 1931 pasal 1 ayat 1 a. Pemugaran bangunan ini baru dilakukan pada
tahun 1998 oleh Depertemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Penulis : Alan Malingi
Post a Comment