Bentangan Indah Teluk Waworada
Pasir putih dan
panorama yang membentang di seluruh sisi teluk ini adalah titian muiara
yang selalu menjanjikan harapan bagi masyarakatnya. Makanya, cukup
beralasan antara tahun 1942- 1945 Pemerintah Kolonial Jepang membangun
pertahanan menghadapi perang Asia Timur Raya dan untuk mengantisipasi
serangan “Lompat Kodok” yang dilancarkan oleh Sekutu dari Daratan
Australia. Sehingga berbagai macam amunis peninggalan pada masa perang
dunia ke dua masih banyak yang tercecer di pulau- pulau kecila dan teluk
ini. Sedari dulu teluk ini dikunjungi oleh para pedagang dari berbagai
negeri. Bahkan para mubaliq yang pertama kali menyebarkan agama Islam di
Bma pernah berlabuh di teluk ini.
Menelusuri teluk Waworada
mengasyikkan. arus dan gelombang laut yang cukup tenang, terutama di
pagi dan sore hari. Perahu motor tetap stand by di dermaga desa Rompo
yang menanti penumpang menyebrang ke desa-desa di selatan teluk seperti
di desa Karampi, Waduruka, Soro Afi, Sarae Ruma dan bahkan ke Pusu. Sewa
perahu motor menuju ke Karampi dan desa-desa tersebut hanya sebesar Rp.
10.000. Banyak juga warga yang mengangkut motor dengan perahu menuju
desa-desa tersebut maupun berlabuh di desa Rompo menuju Bima. Sewa
perahu untuk 1 motor sebesar Rp.10.000. " Tiap hari kami menyebrangi
teluk Waworada dan membawa Motor ke desa dan demikian pula sebaliknya. "
Ungkap Amir, warga desa Karampi yang juga mahasiswa salah satu
perguruan tinggi di kota Bima. Penyebarangan dari desa Rompo menuju
desa-desa di selatan teluk Waworada memakan waktu sekitar 40 menit
hingga 1 jam.
Teluk Waworada memang indah, seindah angan dan asa
warga dan Pemerintah Kabupaten Bima untuk terus membangun kawasan ini
lintas sektor seperti perikanan dan kalautan, pariwisata, pertanian,
kehutanan dan terutama infrastruktur lingkungan yang asri. Kehidupan di
sekitar teluk ini semakin menggeliat berkat berbagai program Pemerintah
seperti PNPM Mandiri perikanan, pembangunan Dermaga Nusantara, budidaya
perikanan tangkap dan rumput laut serta program lainnya.
Penulis : Alan Malingi
Post a Comment