f Lambang Kesultanan Bima - SEJARAHBIMA.COM | Mengupas Sejarah, Budaya dan Pariwisata

Header Ads

Lambang Kesultanan Bima




Sebagai sebuah kerajaan yang telah berusia enam abad lamanya, kerajaan dan kesultanan Bima memiliki lambang yang terinspirasi dari perjalanan sejarah panjangnya. Meskipun Lambang ini baru dicetuskan oleh Sultan ke-9 dari generasi kesultanan Bima yaitu pada masa pemerintahan Sultan Abdul Hamid. Penetapan lambang kerajaan ini dilakukan pada hari selasa tanggal 22 bulan Zulkaidah tahun 1203, bertepatan dengan tanggal 15 Agustus 1789.  Lambang kerajaan yang berbentuk Garuda berkepala Dua yang menoleh ke kiri dan ke kanan  secara umum menggambarkan perpaduan hukum adat dan hukum islam yang berjalan seiring dan sejalan. Lambang kesultanan Bima dibangun dalam tiga warna yaitu warna dasar kuning berarti bersih, warna biru burung garuda berarti setia dan warna merah perisai berarti berani.

Sayap kiri burung garuda pada lambang ini sesungguhnya melambangkan hukum adat dengan bulu bagian luar sebanyak 7 helai dan bulu bagian dalam sebanyak 5 helai. 7 helai bulu bagian luar melambangkan 7 orang majelis tureli yang terdiri dari Tureli Nggampo (perdana menteri), Tureli Bolo, tureli Belo, Tureli Woha, Tureli Donggo, Tureli Parado, dan tureli Sakuru. Sedangkan 5 helai bagian dalamnya melambangkan federasi Ncuhi yang pernah menguasi tanah Bima yaitu Ncuhi Dara, Ncuhi Dorowuni, Ncuhi Banggapupa, Ncuhi Parewa, dan Ncuhi Padolo.  Sayap kanan burung garuda adalah pengejewantahan hukum islam yang dijalankan di kesultanan Bima yaitu 7 helai melambangkan tujuh macam ilmu Fiqh dan 5 helainya melambangkan ilmu tauhid dan ilmu tasauf.Pada abad 18, ilmu tauhid dan ilmu fiqh berkembang pesat di Bima. Kerajaan Bima menganut faham ahlu sunnah wal jama’ah yang dikenal dengan “ilmu dua belas”. 


Ekor pada burung garuda melambangkan strata masyarakat, pelaksanaan hukum islam dan pengurus adat. Tiga bagian bulu pada ekor garuda memiliki perlambangan masing-masing yaitu 4 helai bagian kiri burung garuda melambangkan strata masyarakat dan pola hubungannya yaitu sultan, bangsawan, tukang(dari) dan masyarakat biasa. 4 helai di bagian kanan melambangkan 4 orang khatib di kesultanan Bima yaitu Khatib Tua, Khatib Karoto, Khatib La Wili dan Khatib To’i. Sedangkan 2 helai bulu di bagian tengah ekor garuda melambangkan ketua dan wakil ketua Hadat. Sedangkan pada tubuh garuda melambangkan satu kesatuan sistim pemerintahan kesultanan Bima yang dilambangkan dengan Raja/Sultan sebagai pemimpin tertinggi hadat  dan pelindung pengayom masyarakat( Hawo Ro Ninu). Jika dihitung semua bulu garuda itu berjumlah 35 helai yang melambangkan keterpaduan antara Sara (umara) dan islam (ulama). Yang menjadi satu kesatuan dalam “ Sara Dana Mbojo “.

Penulis : Alan Malingi
Sumber :  Sejarah Bima Dana Mbojo, H.Abdullah Tayib hal :198-200  

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.