Makam Perekam Sejarah
![]() |
Makam Tolobali |
Tidak hanya naskah, istana,benda
pusaka,upacara adat,kesenian dan bukti arkeologis, Bima sebagai daerah kerajaan
dan kesultanan tersohor di wilayah Sunda Kecil memiliki jejak makam yang
lengkap. Ada 4 kompleks makam dan ratusan makam-makam kuno yang tersebar di
seluruh pelosok Dana Mbojo. Dalam kompleks makam-makam itu, tidak hanya makam
para sultan dan pembesar Bima serta keluarganya, namun ada juga makam
pembesar-pembesar Gowa, sumbawa dan bahkan makam ulama Dompu. Di Kompleks Makam
Dana Taraha, terdapat 22 Makam yang ada di dalam kompleks dan ratusan makam di
luar kompleks di sisi selatan yang sekarang menjadi kebun warga. Di sebelah
utara Dana Taraha tepatnya di Doro Nteli terdapat makam Ruma Bicara Abdul Hamid
dan keluarganya. Dari 22 nisan di Dana Taraha telah terbaring dengan tenang
antara lain, Karaeng Popo, wakil panglima perang Gowa, Jalaluddin, Sang
Panglima Perang Kerajaan Bima, Sultan Abdul Kahir I dan II, Sultan Hasanuddn
(sultan Bima ke 5), Sultan H. Ferry Zulkarnain(Sultan Bima ke-16), dan bahkan
menurut Pak Hasanuddin (LATS SAMAWA), di Dana Taraha terdapat
makam Datu Sagiri (Istri Sultan Abdul Hamid,puteri dari Sultan Harunalrasyid
Sumbawa). Makam Dana Taraha (Tanah peristirahatan) kini tidak saja menjadi
obyek sejarah, namun telah menjadi obyek wisata religi bagi warga Bima dan
bahkan para tamu di luar daerah.
![]() |
Kompleks Makam Di sebelah barat masjid Sultan Salahuddin |
Di kompleks makam di sebelah
barat Masjid Sultan Muhammad Salahuddin, terbaring dengan tenang 6 orang sultan
Bima beserta keluarga dan para pembesar Gowa. Ke enam orang sultan itu adalah
Sultan Abdul Qadim, Sultan Abdul Hamid, Sultan Ismail, Sultan Abdullah, Sultan
Abdul Azis dan Sultan Ibrahim. Di Kompleks Makam Tolobali, telah terbaring
dengan tenang 3 orang sultan petarung beserta para ulama sekaligus guru-gurunya
yaitu Sultan Abdul Khair Sirajuddin, Sultan Nuruddin, dan Sultan Jamaluddin. Di
Kompleks Makam Bata di kelurahan Pane, terbaring dengan tenang para perdana
menteri (Ruma Bicara) dan keluarganya. kompleks makam ini sangat dekat dengan
Asi Kalende ( Istana Perdana Menteri Bima).Dari 16 Sultan Bima, ada 3 orang
sultan yang makamnya berada di luar Bima yaitu Sultan Muhammad Salahuddin di
Pemakaman Karet Jakarta, Sultan Alauddin (Manuru Daha) di Daha Dompu dan
Sultanah Komalasyah yang dibuang Belanda ke Caylon Srilangka. Fersi lain
memperkirakan bahwa makam Komalasyah di Jakarta dan juga yang mengatakan di
Bima. Arkelolog Tawaluddin Haris mengemukakan bahwa Makam Komalsyah di kompleks
makam di sebelah barat Masjid Sultan Muhammad Salahuddin.
![]() |
Makam Bata Di Pane |
Ratusan makam yang tercecer dan
tersebar di seluruh pelosok Bima adalah ceceran makam di sepanjang Ule hingga
kolo. Di sini terdapat makam Datu Raja Lelo, ulama Minangkabau dan guru dari
Sultan Abdul Khair Sirajuddin, makam ulama kharismatik Dompu (Syekh Muhammad
bin Syekh Mansyur), makam para mubaliq di Bonto dan disebutkan pula makam Syekh
Abdul Karim Al Bagdadi di So Nggela. Abdul Karim adalah ulama kharismatik dari
Persia dan menjadi keturunan ulama kharismatik Dompu seperti Syekh Subuh, Syekh
Abdul Gani, Syekh Mansyur dan Sehe Boe. Warga Sambori mengemukakan bahwa makam
syekh Subuh dan keluarganya ada di Sambori. Ceceran makam para mubaliq juga
terdapat di Pulau Kambing dan bukit Nanga Nur di Selat Sape. Disamping itu,
terdapat makam Ruma Jai La Mangge di dusun Bontoranu Sila yang masih memiliki
hubungan dengan Raja-Raja Sanggar. Di Benteng Asa Kota, terdapat sebaran makam
keluarga Raja-Raja Bima dan juga para mubaliq di sebelah barat benteng Asa
Kota. Makam-makam ini masih dirawat dengan baik oleh masyarakat setempat dan
menjadi satu areal dengan situs Benteng Asa kota.
![]() |
Kompleks Makam Dana Taraha. |
Makam-makam tersebut masih tetap
dijaga keasliannya, ornamen nisan juga masih ada, meskipun ada beberapa yang
masih kabur. Bentuk nisan dari makam-makam tersebut adalah Nggusu Waru yang
merupakan delapan sendi kepemimpinan di Dana Mbojo. Nisan Nggusu Waru
menunjukkan bahwa pemilik Makam adalah pemimpin. Tidak hanya Raja dan Sultan,
ulama dan strata kepemimpinan lainnya pun bernisan Nggusu Waru.Sebaran
makam-makam itu memberikan jejak bahwa Bima menyimpan banyak sekali jejak
sejarah dan menjadi warisan tak ternilai untuk anak cucu. Alhamdulillah,
makam-makam ini tidak dikeramatkan dan hanya sekedar dikunjungi dan menjadi
obyek wisata sejarah dan religi. Meskipun ada saya temukan sesajian di makam
Mubaliq di tanjakan setelah pantai Ule Kota Bima. Makam-makam tersebut telah
memberikan kontribusi bagi rekonstruksi sejarah Bima oleh para arkeololog
maupun sejarahwan.
Penulis : Alan Malingi
Post a Comment