f Mengintip Ritual Laut Suku Bungin - SEJARAHBIMA.COM | Mengupas Sejarah, Budaya dan Pariwisata

Header Ads

Mengintip Ritual Laut Suku Bungin

Foto : Travel Kompas.com
Pulau Bungin telah dinyatakan sebagai pulau terpadat di dunia. Berada di kecamatan Alas Kabupaten Sumbawa NTB. Jarak tempuh sekitar 3 kilometer  arah utara dari jalan Negara di lintas Alas Sumbawa. Dulu, sebelum ada jalan warga Bungin menggunakan perahu  sebagai satu-satunya akses menuju pulau yang sebagian besar di huni suku Bajo ini. Tapi sekarang ada akses jalan sepanjang 3 kilometer dengan kondisi rusak parah. Rombongan kami yang bersepada motor harus ekstra hati-hati menjelajahi ruas jalan menuju Bungin ini melintasi areal persawahan di tepi laut dan beberapa empang milik warga. 

Sebagai suku pelaut, tentu kehidupan laut sangat melekat dalam kehidupan orang Bungin. Laut adalah titian harapan. Konsep keseimbangan kehidupan laut senantiasa dijaga warga Bungin turun temurun. Ritual Laut di Bungin tidaklah begitu banyak perbedaannya dengan ritual-ritual suku laut lainnya di nusantara. Di antara ritual laut yang dijalani warga Bungin yaitu Tiba Raki, Tiba Ancak dan Tiba Pisah. Kepala Desa Bungin Sofyan mengemukakan,Tiba Raki merupakan ritual yang biayanya  bisa dikatakan besar  mencapai Rp.25 Juta. Tiba Raki erat  kaitannya dengan sedakah laut agar penghuni laut tidak menegur dan murka. Ritual ini menggunakan kepala kerbau, emas dan berbagai sesajen. Hal ini dilatarbelakangi kepercayaan terhadap penghuni laut atau Ratu di bawah laut. Sesajen itu terdiri dari berbagai macam beras seperti beras kuning, hitam, merah,putih, buah telur dan lain-lain yang di antarkan ke laut.   

Tiba Ancak dilakukan apabila ada warga yang sakit dan tidak kunjung sembuh, maka  Tiba Ancak digelar. Sedangkan Tiba Pisah dilakukan ketika ada hajatan kematian, khitanan, pernikahan dan bahkan memulai berlayar ke negeri yang jauh. Selamatan seperti ini mengandung maksud agar segala kegiatan dirahmati dan selama perjalanan hidup tidak dimurkai. Sebagai pengiring ritual, warga Bungin juga memiliki kekhasan atraksi seni budaya tradisional yang diwarisi dari pulau Sulawesi seperti Kuntao, Joged dan gendang tradisional di bawah Sanggar Seni budaya mutiara Bungin. Orang-orang Bungin sebagian besar berprofesi sebagai pelaut . Mereka berlayar hingga ke Ternate dan Tidore. Di sana mereka membawa hasil alam dari Maluku berupa Gula aren yang kemudian mereka olah menjadi Dodol Aren.

Penulis : Alan Malingi


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.