Menyambut Tamu Dengan Sere
Jika penari perempuan menyambuta tamu dengan tarian Wura Bongi Monca, maka penari laki-laki dan laskar kesultanan Bima di masa lalu menyambut para tamu dengan tarian Sere. Pada masa kejayaan kesultanan
Bima, banyak sekali tarian dan kreasi seni yang diciptakan. Secara umum,
tarian tradisional Bima dibagi dalam tiga kelompok, YaItu Tari klasik Istana
atau yang dikenal dengan Mpa’a Asi, Tarian Rakyat atau Mpa’a Ari Mai Ba Asi,
serta tarian Donggo. Tarian Donggo adalah tarian yang dikreasi oleh masyarakat
Donggo dan ditujukkan untuk upacara-upacara Adat.
Tari Sere merupakan tari klasik
Istana. Tari ini diciptakan oleh Sultan Abdul Khair Sirajuddin, dimainkan oleh
dua orang perwira kesultanan, bersenjatakan tombak dan perisai. Dengan wajah
perkasa serta keberanian yang membara, dua perwira melompat dan berlari ke
segala penjuru, berenjatakan tombak menyerang dan menangkis serangan musuh.
Sebagai pancaran menghadapi musuh – musuh Dou Labo Dana (Rakyat dan Negeri).
Para penari selalu melakukan
gerakan melompat sambil berlari, oleh sebab itu tari ini di berinama Mpa’a Sere
, yang berarti melompat sambil berlari (sere). Tari ini diiringi musik tambu
(tambur). Hingga kini, Sere masih tetap eksis, dan selalu
digelar/dipertunjukkan pada saat penyambutan tamu-tamu penting pada acara-acara
Pemerintah maupun perayaan Hanta UA PUA. Namun generasi Sere ini perlu
diupayakan Regenerasi agar tongkat estafet pelestarinnya dapat dilanjutkan.
Penulis : Alan Malingi
Post a Comment