f Obyek Wisata Religi Di Bima - SEJARAHBIMA.COM | Mengupas Sejarah, Budaya dan Pariwisata

Header Ads

Obyek Wisata Religi Di Bima

Masjid Sultan Muhammad Salahuddin 
Bima atau Dana Mbojo adalah daerah bekas kerajaan dan kesultanan tersohor di timur Nusa Tenggara Barat. Berbagai aliran dan agama telah mengisi keyakinan warga Bima sejak berabad-abad silam. Jejak dari heterogenitas keyakinan itu hingga saat ini masih ada sebagai rekaman perjalanan sejarah di masa silam. Situs-situs bersejarah itu saat ini menjadi potensi wisata religi di wilayah kota Bima maupun kabupaten Bima. Sebaran obyek wisata sejarah dan wisata religi itu mulai dari situs candi hindu budha, islam dan Kristen. Disamping rumah ibadah, makam-makam kuno juga banyak tersebar di seluruh pelosok tanah Bima. Yang paling banyak adalah makam islam dan kompleks makam Kristen yang disebut Rade Belanda atau kuburan Belanda.

Foto : Kompasiana
Bagi ummat Hindu, Situs Candi Tebing Wadu Pa’a yang terletak di desa Sowa kecamatan Soromandi merupakan tempat persembahyangan yang sudah ada sejak abad ke 9 Masehi. Wadu Pa’a adalah situs Hindu Budha yang terletak di teluk Sowa yang langsung berada di gerbang laut Flores. Pemandangan indah di sekitar Wadu Pa’a adalah pilihan tersendiri bagi warga untuk berwisata. Areal sekitar Wadu Pa’a juga telah lama menjadi obyek wisata juga bagi warga setempat. Sejauh ini, tidak ada gesekan-gesekan yang terjadi antara warga dengan ummat Hindu yang sesekali melakukan ritual ibadah di Situs Wadu Pa’a.

Masjid Kalodu 
Bagi Ummat Islam, peninggalan –peninggalan masjid dan mushalla warisan kesultanan Bima yang didirikan sejak tahun 1640 Masehi adalah pilihan menarik untuk dikunjungi. Beberapa masjid yang sangat cocok untuk wisata religi adalah Masjid Kamina atau Masjid Kalodu yang berada di puncak Kalodu sekitar 2 jam perjalanan dari kota Bima. Masjid ini adalah masjid pertama yang didirikan oleh putera Mahkota Abdul Kahir bersama para mubaliq dari Sulawesi. Dari Dusun Kamina, mata menyapu keindahan teluk waworada di sebelah selatan atau di bibir samudera Hindia. Suasana alam yang sejuk membuat anda khusuk melaksanakan ibadah dan merasakan aura rohaniah dari para pendiri masjid ini.

Jika tidak kuat mendaki Kalodu, cukuplah mengunjungi dan melaksanakan shalat berjamaah di tiga  masjid dan satu Langgar kuno di kota Bima yaitu di masjid Sultan Muhammad Salahuddin, Masjid Baitul Hamid, Masjid Al Muwahiddin dan Langgar Kuno di kampung Melayu. Masjid Sultan Muhammad Salahuddin didirikan Sultan Abdul Qadim pada tahun 1770 dan pernah dibom oleh sekutu pada tahun 1943. Di sebelah barat masjid ini terdapat makam para sultan Bima. Masjid Baitul Hamid berada di kota Raba di jalan Soekarno Hatta. Masjid ini didirikan oleh Perdana Menteri Abdul Hamid, perdana menteri terakhir kesultanan Bima pada tahun 1935. Masjid Al Muwahiddin terletak di sebelah timur Istana Bima. Namun sayang pembangunan masjid ini belum rampung hingga saat ini. Disamping masjid tersebut, terdapat Langgar Kuno di kampun Melayu di sebelah utara Istana Bima. Langgar ini didirikan pada tahun 1608 M oleh para Mubaliq dari Pagaruyung Sumatera Barat.

Langgar Kuno Di kampung Melayu Bima
Di kota Raba yang dulu merupakan pusat pemerintahan dan kompleks perumahan pejabat-pejabat Belanda terdapat dua gereja yang didrikan sejak zaman Belanda yaitu Gereja di sebelah selatan lapangan PU Raba yang bernama Gereja GMIT dan gereja di sebelah barat Rutan Raba Bima. Nuansa kota tua sangat terasa ketika anda mengunjungi dan berkeliling kota Raba. Karena di sini terdapat puluhan bangunan berarsitektur Belanda. Wisata makam juga dapat anda lakukan dengan mengunjungi makam Dana Taraha, Makam Tolobali, Makam Bata Di kelurahan Pane Kota Bima dan bahkan makam Kristen peninggalan Belanda di kelurahan Tanjung yang oleh warga sekitar disebut dengan Rade Belanda. Yuk… berwisata religi ke Bima.   


Penulis : Alan Malingi 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.