RAF Di Langit Bima
Dr.Hj.Siti Maryam Rachmat
Salahuddin, salah seorang saksi sejarah dan puteri Sultan Bima menceritakan,
pada masa Jepang yang hanya 3, 5 tahun itu, penderitaan rakyat sungguh luar
biasa. ” Bahan makanan langka, pakaian sulit didapatkan, masyarakat banyak yang
mengenakan karung Goni, Jepang masuk keluar kampung dan merampas ternak, bahan
makanan, besi dan kuningan untuk keperluan tentara Jepang dan industri militer.
” Kenang Siti Maryam yang saat itu baru saja dipulangkan dari sekolah HBS
Malang karena pecahnya perang dunia II.
![]() |
Pangkalan Bahan Bakar Di Pulau Kambing |
Sejak Jepang masuk ke Bima,
serangan pasukan sekutu melalui udara kerap dilakukan. Setiap hari pesawat
sekutu melintasi langit Bima. Untuk mengantisipasi hal itu, masyarakat
diperintahkan untuk menggali lubang-lubang persembunyian di halaman
masing-masing. “ Gunung dan bukit dilubangi, termasuk di Pantai Lawata.”
kenang Maryam. Pada Tahun 1944, intensitas serangan pasukan udara sekutu terus
meningkat. Pemboman demi pemboman pun terjadi di hampir seluruh wilayah Bima.”
Yang paling parah adalah di pasar Bima, ratusan jiwa melayang, masjid
kesultanan Bima juga rata dengan tanah, termasuk pelataran Istana Bima.” Tutur
Maryam yang mengingat pesawat tempur yang memuntahkan bom itu berwarna hitam berbendera
Inggris dengan tulisan Royal Air Force. “ Kebetulan sewaktu sekolah di
Malang saya mendapatkan pelajaran tentang jenis-jenis pesawat tempur. Kalau
pesawat tempur Amrican Air Force itu besar-besar, sedangkan pesawat Inggris kecil-kecil tapi gesit. “ Kenang
Maryam sembari menjelaskan bahwa pesawat itu ekornya menonjol ke atas.
![]() |
Perahu Di Teluk Bima (Foto: Mbojoklopedia) |
Sang bunda menarik lengan Siti
Maryam untuk masuk ke dalam ruangan hingga lengannya sedikit lecet. Kesedihan tampak di wajah Sultan Muhammad
Salahuddin memandang pasar dan masjid yang sudah rata dengan tanah. Dari arah Balkon
Istana di sebelah barat, Sultan Muhammad Salahuddin menitikkan air mata atas
peristiwa tragis itu. Kepanikan dan suasana mencekam terjadi pasar Bima. Tangis
histeris dari keluarga korban pemboman terus menerus terjadi. Pasukan Jepang,
lasykar kesultanan dan rakyat bahu membahu mengevakuasi para korban. Demi
keamanan Sultan dan keluarganya, para pejabat kerajaan dan Majelis Adat
menyarankan untuk memindahkan pemerintahan kerajaan Bima ke tempat yang lebih
aman. Akhirnya di sepakatilah kampung Dodu di sebelah timur Bima untuk
menjadi pusat pemerintahan kesultanan
Bima. Sultan Muhammad Salahuddin juga memerintahkan rakyat untuk mencari
tempat-tempat yang aman.
![]() |
Sumber Foto : Mbojoklopedia |
Pemboman Sekutu atas tanah Bima antara tahun
1943 hingga 1944 telah menelan korban jiawa dan harta benda. Beberapa wilayah
yang menjadi korban pemboman kala itu adalah pasar Bima, kampung Mantro yang
sejak saat itu telah hilang dari peta kejenilian Rasanae, desa Rabangodu,
Masjid Kesultanan Bima dan pelataran Istana Bima. Lapangan di sebelah timur RSUD Bima sekarang
menjadi tempat evakuasi korban bom. Kuburan di Rabangodu menjadi tempat kuburan
massal korban bom. Oleh sebab itulah, maka lapangan di sebelah timur RSUD Bima
itu disebut lapangan Pahlawan Raba dan kuburan rabangodu disebut kuburan Suhada
hingga saat ini. Lalu sebagai titik balik dan untuk mengelabui tentara dan
pemerintah Jepang dalam mempersiapkan penyambutan proklamasi kemerdekaan, para
pemuda dari pelosok Bima membentuk Tim Sepak Bola yang diberinama GEMBIRA. Nama
klub ini sebenarnya adalah komuflasi dari Gerakan Merdeka Bima Raba. Klub sepak
bola Gembira masih tetap ada hingga saat ini dan pernah Berjaya di tahun 80 an
hingga 90 an.
Penulis : Alan Malingi
Sumber : 1. Sejarah Bima Dana Mbojo H.Abdullah Tayib, BA
2. Demi Masa, Kenangan Perjalanan Karir
Hj.Siti Maryam Salahuddin, Naniek
L.Taufan
Post a Comment