Spirit Bumi Jero
![]() |
Istana Bima pada tahun 1900 ( Foto Mbojoklopedia) |
Bangunan ini masih tetap megah meskipun usia hampir mendekati satu abad dan dikerumuni bangunan-bangunan megah di sekitarnya. Tidak dapat dibayangkan betapa megahnya bangunan ini pada masanya. Berdiri anggun memesona di tepi teluk Bima yang indah,tenang dan damai. Dari arah mana pun manusia saat itu berdiri, Asi Mbojo adalah pusat semua mata memandang. Karena dia dibangun menghadap segala penjuru mata angin sebagai filosofi 4 pilar kehidupan di kerajaan Bima yaitu pemerintahan, budaya,agama dan rakyat. Pelatarannya menghadap 4 arah yaitu di barat, di timur,di utara dan selatan.
Siapakah pimpro pembangunan Asi Mbojo ? Dia lah Bumi Jero, sebuah jabatan dalam kesultanan Bima yang kalo disejajarkan sekarang dengan Menteri Pekerjaan Umum. Ya, Bumi Jero memang bukan nama orang, tetapi adalah jabatan di kesultanan Bima untuk amanah pembangunan infrastruktur. Pola pembangunan yang dilakukan oleh Bumi Jero adalah gotong royong dan kebersamaan. Sehingga setiap tahapan kegiatan pembangunan diketahui oleh semua pihak dan dijamin kualitas pekerjaaanya.
Dana pembangunan Asi Mbojo berasal dari uang pribadi sultan dan tanah -tanah kesultanan yang tersebar di seluruh pelosok Bima. Sesuai trend zaman kala itu, maka Sultan Muhammad Salahuddin mengundang arsitek Belanda kelahiran Ambon yang bernama Obzhister Rehata untuk berkolaborasi dengan Bumi Jero. Maka lahirlah konsep perpaduan arsitektur Belanda - Bima. Tulisan ini sekaligus menanggapi tudingan bahwa Asi Mbojo adalah hadiah dari Belanda dan Sultan Muhammad Salahuddin menjual idialismenya sebagai sultan dan pejuang karena ingin hidup di atas singgasana yang dibangun Belanda.
Ide pembangunan Asi Mbojo ini dilatarbelakangi kondisi Asi Mbojo lama yang sudah tidak layak dan disana sini sudah rapuh. Maka sebelum pembongkaran Istana lama, Bumi Jero membangun Istana Kayu di sebelah timur Istana Bima sebagai tempat tinggal sementara sultan dan keluarganya. Istana Kayu ini kemudian dikenal dengan Asi Bou.
Pembangunan Asi Mbojo dilakukan selama 3 tahun mulai tahun 1927 hingga tahun 1930. Pola pembangunan dilakukan secara gotong royong dan diketuai oleh Bumi Jero dengan memanggil seluruh tukang dan ahli. Spirit Bumi Jero dalam membangun Asi Mbojo semestinya dapat ditularkan kepada generasi saat ini. Bahwa pola pembangunan dengan sistim proyek dan provit orientit itu sudah saatnya kita tinggalkan. Leluhur kita telah mewariskan semangat gotong royong dalam membangun daerah dan bangsa.
Spirit Bumi Jero Mungkin saja dapat mengobati kegamangan kita atas berbagai persoalan pembangunan dewasa ini. Sedikit-sedikit ada perbaikan infrastruktur dilkukan dengan pola proyek. Triplek plafon bangunan Sekolah saja yang rusak dianggarkan dalam proyek. Saluran air yang tersumbat dicatat dan dianggarkan dalam proyek. Saat ini, Pola pembangunan dengan sistim proyek juga diragukan kualitasnya. Baru satu atau dua tahun saja dibangun sudah tidak layak pakai. Bandingkan saja dengan jembatan Padolo, Dam Raba Mboda, Perumahan Tolomundu, jembatan penghubung dua bukit di pantai Lawata yang sudah berpuluh-puluh tahun masih kita niimati.
Spirit Bumi Jero dalam mengatasi pembangunan infrastruktur pada masanya ada baiknya menjadi sumber inspirasi dan sumber semangat bagi kita untuk kembali " Membudayakan " pembangunan dan membangun dengan basis budaya gotong royong sehingga ada proses saling kontrol dan saling mengawasi di antara stakeholder pembangunan.
Penulis : Alan Malingi
Post a Comment