Bontokape Dan Mina Sarua
Foto : mysetiawan.net
Salah satu pecahan wilayah
Kabupaten Bima yang memiliki potensi yang layak untuk dilirik. Wilayah ini
merupakan dataran rendah. Disepanjang jalan mata akan melihat hamparan sawah
nan hijau. Namun tak pelak mata kita akan tertuju pula pada pesona langit yang
nampak jelas menaungi sawah-sawah itu, pemandangan yang cukup sempurna untuk di
nikmati. Desa Bontokape, demikianlah nama desa itu. Desa ini terbentuk dari 6
(enam) dusun. Dengan luas wilayah 387,38 Ha Desa Bontokape di huni 4.329 jiwa
dan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Secara
geografis Bontokape di apit oleh sawah dan laut. Satu potensi yang menarik di
desa ini adalah minuman khas MINA SARUA. Karena banyaknya para peracik dan
penjual Mina Sarua, maka desa Bontokape tidak bisa dipisahkan dengan racikan
rempah-rempah ini.
Mina Sarua bukan hanya
sekedar minuman. Bahan-bahan yang terkandung di dalamnya antara lain Tape ketan
dan rempah-rempah. Mina Sarua yang telah ratusan tahun menjadi warisan budaya
dari nenek moyang warga Dusun Sumbawa Desa Bontokape Kecamatan Bolo ini,
bermanfaat sebagai obat atau biasa disebut Minuman Penghangat Tubuh. Pada musim
hujan (dingin) minuman ini sangat baik untuk menjaga stabilitas tubuh, karena
komposisinya mengandung bahan-bahan rempah alami.
Foto : Kahaba net
Makanan khas ini sangat di
minati oleh masyarakat. Tak hanya masyarakat Bima, wisatawan dari luar Bima pun
yang yang mengetahui adanya makanan khas ini, kerap sengaja berkunjung ke Desa
ini atau hanya sekedar mampir, untuk membeli dan menikmati minuman yang sangat
lezat jika di sajikan dalam keadaan hangat. Proses pembuatan Mina Sarua
berlangsung selama 2 (dua) hari. Campuran beras ketan dan ragi akan didiamkan
selama satu malam. Paginya rempah-rempah antara lain Jahe, Merica dan Lada, di
goreng. Lalu beras ketan yang telah menjadi tape ketan itu di campur dengan
rempah yang telah di goring. Kemudian di masak bersama santan kelapa dan siap
di sajikan.
Namun Mina sarua ini rasanya
tidak nikmat tanpa pelengkap yaitu Ta’I Mina. Nah……Ta’I Mina ini di buat
terpisah dan berbahan dasar kelapa parut. Kelapa tersebut di olah dengan minyak
dan campuran sedikit bumbu. Cara penyajiannya, Ta’i Mina dicampur atau di tabur
dalam Mina Sarua. Menurut beberapa sumber, Mina Sarua berasal dari kata Minyak
Saruang, berupa minyak oles yang berfungsi sebagai obat keseleo, sakit perut,
masuk angin dan beberapa manfaat lainnya, yang pertama kalinya di racik oleh
orang Sumbawa. Setelah beberapa orang Sumbawa itu merantau ke Bima, tepatnya di
Wilayah Sila, merekapun membawa Minyak Saruang untuk di perkenalkan pada warga
setempat. Oleh orang-orang Bima, kemudian meracik obat tersebut menjadi minuman
penghangat tubuh. Akhirnya bahan dasar rempah minyak Saruang di padu dengan
tape ketan. Karena dialeg Bima yang pada umumnya tidak kesampean, maka secara
gamblang saja Minyak Saruang berubah nama menjadi Mina Sarua.
Mina Sarua juga cocok dengan lontong (Foto : Mysetiawan.net )
Mina Sarua masih terus diproduksi warga dusun Sumbawa Desa Bontokape hingga saat ini. Ironisnya Mina
Sarua masih berupa minuman khas di kandangnya saja. Seyogyanyalah para
pengusaha dan pemerintah memperhatikan pengembangan produk local tersebut.
Menurut beberapa sumber yang kami wawancarai, para penjual Mina Sarua sangat berharap
agar hasil karya mereka lebih di kenal ke luar daerah. “Kami ingin minuman ini
dikenal luas, biasanya kami hanya jualan keliling atau menjualnya ke pasar,”
Kisah salah seorang penjual. Namun diakuinya, para penjual Mina Sarua belum
mengetahui cara mengemas minuman itu sehingga tampak istimewa, berharga dan
tahan lama (awet), sehingga dapat dipasarkan ke tingkat Nasional maupun
Internasional.
Penulis : Alan Malingi
Post a Comment