Potensi Gula Aren Di Talapiti
Desa
Talapiti terletak di ujung timur keccamatan Ambalawi. Desa yang merupakan
pemekaran dari desa Tolowata sejak tahun 1999 ini memiliki potensi pertanain
yang cukup beragam, mulai dari padi dan palawija, kelapa, sayuran dan
buah-buahan termasuk Aren. Desa ini cukup sejuk dan asri, hutannya masih
terjaga dan mata air di sungai-sungainya mengalir jernih sepanjang tahun. Desa
ini dihuni lebih kurang 2500 warga yang tersebar di lima dusun yaitu dusun
Nggaro Nangga, Tolowata, Tala Na’e, Tala Rasabou dan Tala Boka. Ada satu
potensi yang terpendam yang perlu mendapatkan perhatian dari desa ini yaitu
pengelolaan hasil Aren atau dalam bahasa Bima disebut Nao. Pohon-pohon Nao ini
banyak tumbuh secara liar di dua dusun yaitu di Tala Boka dan Tala Rasabou. Ada
ribuan pohon Aren yang tumbuh di dua dusun tersebut, Ini tentunya merupakan
potensi besar yang dimiliki Desa Talapiti karena Aren adalah jenis tumbuhan
yang multi guna mulai dari daun hingga akarnya.
![]() |
Hutan Aren Di Desa Talapiti kec.Ambalawi Kab. Bima |
Enau
atau aren (Arenga pinnata, suku Arecaceae) merupakan sejenis pohon palma yang
terpenting setelah kelapa (nyiur) karena merupakan tanaman serba guna. Palma
yang besar dan tinggi, dapat mencapai 25 m. Berdiameter hingga 65 cm, batang
pokoknya kukuh dan pada bagian atas diselimuti oleh serabut berwarna hitam yang
dikenal sebagai ijuk, injuk, juk atau duk. Ijuk sebenarnya adalah bagian dari
pelepah daun yang menyelubungi batang.
Sudah
sejak lama, masyarakat di dusun Tala desa Talapiti ini menggeluti usaha
pengolahan Gula Aren. Mereka bergabung dalam kelompok pengelola Gula Aren yang
pernah dibina oleh salah satu LSM dari Jerman yaitu GTZ. Gula aren diperoleh
dengan menyadap tandan bunga jantan yang mulai mekar dan menghamburkan serbuk
sari yang berwarna kuning. Tandan ini mula-mula dimemarkan dengan
memukul-mukulnya selama beberapa hari, hingga keluar cairan dari dalamnya.
Tandan kemudian dipotong dan di ujungnya digantungkan tahang bambu untuk
menampung cairan yang menetes. Cairan manis yang diperoleh dinamai nira (alias
legen atau saguer), berwarna jernih agak keruh. Nira ini tidak tahan lama, maka
tahang yang telah berisi harus segera diambil untuk diolah niranya; biasanya
sehari dua kali pengambilan, yakni pagi dan sore. Setelah dikumpulkan, nira
segera dimasak hingga mengental dan menjadi gula cair. Selanjutnya, ke dalam
gula cair ini dapat dibubuhkan bahan pengeras (misalnya campuran getah nangka
dengan beberapa bahan lain) agar gula membeku dan dapat dicetak menjadi gula
aren bongkahan (gula gandu). Atau, ke dalam gula cair ditambahkan bahan pemisah
seperti minyak kelapa, agar terbentuk gula aren bubuk (kristal) yang disebut
juga sebagai gula semut.
Disamping
dapat diolah menjadi Gula Aren, Buah aren dapat diolah menjadi Kolang-kaling
yang disukai sebagai campuran es, manisan atau dimasak sebagai kolak.
Teristimewa sebagai hidangan berbuka puasa di bulan Ramadhan. Sebagaimana nipah
dan rumbia, daun pohon enau juga biasa digunakan sebagai bahan atap rumah
rakyat. Pucuk daunnya yang masih kuncup (janur) juga dipergunakan sebagai daun
rokok, yang dikenal pasar sebagai daun kawung. Lembar-lembar daunnya di Jawa
Barat biasa digunakan sebagai pembungkus barang dagangan, misalnya gula aren
atau buah durian. Lembar-lembar daun ini pun kerap dipintal menjadi tali,
sementara dari lidinya dihasilkan barang anyaman sederhana dan sapu lidi.
Para
petani Aren di Talapiti sangat berharap adanya bantuan pemerintah serta pihak
terkait untuk membantu usaha mereka terutama bantuan modal usaha dan upaya
promosi serta pemasaran dari usaha mereka. Mengingat manfaat dan jenis olahan
yang dihasillkan dari pohon aren sangat banyak, mereka sangat berharap ada
pihak-pihak yang peduli untuk membantu pengembangan usaha mereka.
Penulis
: Alan Malingi
Post a Comment