f Saduku, Penghangat Nasi Tradisional - SEJARAHBIMA.COM | Mengupas Sejarah, Budaya dan Pariwisata

Header Ads

Saduku, Penghangat Nasi Tradisional



Jauh sebelum diciptakan alat pemanas nasi yang beredar saat ini, para pendahulu kita sesungguhnya telah menemukan dan memanfaatkan perkakas tradisional untuk menghangatkan nasi. Penghangat nasi ini cukup alami dan jauh dari efek bahan-bahan sintetis yang berbahaya bagi tubuh. Perkakas ini hanya terbuat dari daun lontar yang dianyam khusus sebagai wadah penyimpanan nasi. Orang-orang Bima menyebutnya Sanduru. Sementara di Sambori menyebutnya dengan Saduku sebagai tempat/wadah untuk menyimpan nasi. Ketika orang-orang Sambori ke kebun atau ke ladang mereka selalu membawa makanan dengan Saduku. Ukuran Saduku juga bermacam-macam, ada yang kecil dan ada juga yang besar. Saduku kecil dengan ukuran tinggi 25 cm dan lebar 20 cm digunakan untuk menyimpan nasi untuk ukuran satu sampai dua orang. Sedangkan yang besar dugunakan untuk kebutuhan lebih dari lima orang. “ Pengalaman warga Sambori, menyimpan nasi dengan Saduku bisa bertahan sampai 3 hari dan tidak basi.” Tutur Ina Sukarni, warga dusun Lengge desa Sambori Bima.

Sementara itu, Ina Halifah mengemukakan,bahan dasar pembuatan Saduku adalah daun lontar yang dibelah kecil-kecil. Proses pembuatannya melalui perendaman sekitar 2 jam kemudian dijemur. Lalu pada sore hari hingga malam hari kaum perempuan menganyam saduku secara bersama-sama. “ Dalam satu hari, warga Sambori mampu menghasilkan 3 sampai 5 Saduku, jika tidak ada kesibukan lain seperti menanam atau bekerja di sawah.” Tutur Ina Halifa.

Menurut pengalaman orang-orang Sambori, Saduku yang kuat dan tahan lama sadalah Saduku yang dianyam dari serat Laju. Laju  adalah pohon jenis palma, tetapi pohonnya tidak tinggi seperti Fu’u Ta’a (Pohon Lontar) dan Ni’u (Nyiur). Pohon ini banyak terdapat di lahan-lahan kering dan dataran tinggi sekitar Sambori. Daunnya berserat dan kuat tidak mudah putus atau terpotong. Dari Ro’o Laju dibuat dua jenis wadah untuk menyimpan kacang hijau, kadele atau jagung dan beras. Bentuknya bulat panjang seperti kantung, dengan ukuran 25 kilogram. Berdasarkan ukurannya, jenis wadah Dari Ro’o Laju (Daun pohon Laju) terdiri dari dua jenis, yaitu yang besar bernama Balase dan yang kecil disebut Saduku/ Sanduru.

Penulis : Alan Malingi

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.