Antara Sastra Dan Tari
![]() |
Penampilan penari Sanggar Tolo Loa |
![]() |
Bersama penari dan penabuh Sanggar Tolo Loa |
![]() |
Kru Makembo bersama penari Sanggar Tolo Loa |
Salah satunya adalah
tari Lopi Penge yang mengisahkan hubungan asmara antara puteri raja Bima dengan
putera mahkota Raja Gowa. Lopi adalah perahu atau biduk. Sedangkan Penge ibarat
seseorang yang kangen dan rindu. Jadi Lopi penge adalah biduk yang selalu rindu.
Menurut Ahmad H.Abdullah S.Pd, Pembina Sanggar Tolo Loa kecamatan Bolo
Kabupaten Bima, bahwa konon kisahnya di masa lalu, putera mahkota Raja Gowa
jatuh cinta kepada puteri Raja Bima. Tetapi puteri raja Bima tidak mau, maka
Putera Mahkota Raja Gowa itu pun bersenandung hingga puteri Raja Bima kesurupan
dan jatuh cinta pada putera mahkota itu. Fersi lain sesuai buku Lopi Penge yang
ditulis Alan Malingi, puteri Raja Bima dan putera mahkota Raja Gowa saling
jatuh cinta. Putera Mahkota Gowa sering sekali berlayar ke Bima. Hal itu kurang
disenangi oleh puteri Raja Bima karena sering mengunjunginya. Akhirnya
diperintahkanlah para dayang istana Bima menemui putera mahkota itu di
pelabuhan Bima. Lalu parang dayang itu melantunkan senandung Lopi Penge.
Lewat senandung itu,
putera Mahkota Raja Gowa memahami dan tidak lagi sering berlayar ke Bima hingga
mereka pun melaksanakan pernikahan. Senandung Lopi Penge akhirnya menjadi
senandung penyembuh bagi anak-anak yang mengalami penyakit cacar air. Dalam
bahasa Bima, penyakit ini dikenal dengan Karena, Kawaro dan Kaboti.
Penulis : Alan Malingi
Post a Comment