Desa Empat Bahasa
Bahasa
Bajo digunakan masyarakat Desa Bajo Pulo hanya sampai di pelabuhan Sape. Di
Sape dan sekitarnya mereka menggunakan bahasa Mbojo dan Indonesia. Kecuali jika
mereka bertemu sesama Bajo di luar desanya, maka otomatis mereka menggunakan
bahasa Bajo. Kondisi perkampungan di desa Bajo Pulo miip dengan di pulau
Bungin. Berdenpatan dan tidak meniliki halaman pekarangan. Bangunan rumah tipe
bajo dan bugis mendominasi perkampungan desa Bajo pulo baik di dusun Bajo
barat, bajo tengah dan pasir putih. Kambing di Bajo pulo juga pemakan segala
bahkan plastik dan karet pun dimakan. Hal ini sama dengan di pulau Bungin.Di
Bajo pulo berkembang empat bahasa yaitu Bajo,bugis, Mbojo dan Indonesia.
Desa
Bajo Pulo awalnya dihuni oleh tiga orang bersaudara asal Bajo. Mereka adalah
Adah, Pengah dan Wateangi. Setelah berhasil menumpas bajak laut bersama lasykar
kesultanan Bima, tiga bersaudara itu untuk sementara waktu bersandar di
pesisir pantai itu, namun tatapan mereka selalu tertuju pada sebuah pulau
mungil nan indah di dekat selat Sape. Ya, pulo atau pulau itu akhirnya menjadi
tempat tinggal mereka. Lalu pulau itu diberinama Bajo Pulo. Demikian
diceritakan Kades Bajo Pulo Bambang H.Ahmad. Tiga bersaudara itu menjalin
hubungan dengan penduduk di pesisir Sape Bima dan beranak keturunan. Mereka
membagi tiga pulau itu menjadi Bajo Barat, Bajo Tengah dan Bajo Pasir Putih.
Pada perkembangan berikutnya,tiga wilayah itu dipimpin oleh keturunan mereka
yaitu Bajo Barat dipimpiin oleh Jamang Kua Puga, Bajo Tengah dipimpin oleh Pua
Boyong, dan Bajo Pasir Putih dipimpin oleh Dae Ming.
Menjelajahi
Desa Bajo Pulo dalam bentangan keindahan selat Sape adalah pengalaman yang
menarik dimana kita menemukan pergumulan bahasa-bahasa yang berkembang di
sekitar selat Sape ini. Di batas pelabuhan Sape kutemukan akulturasi budaya
yang telah terjalin sejak beabad abad silam. Di batas pelabuhan Sape adalah
batas penggunaan bahasa Bajo dan Bugis oleh warga Bajo Pulo.
Penulis : Alan Malingi
Post a Comment