f Jejak Sang Pembaharu - SEJARAHBIMA.COM | Mengupas Sejarah, Budaya dan Pariwisata

Header Ads

Jejak Sang Pembaharu

Foto Bimaku Tanahku 
Kematian Sultan Jamaluddin ( Sultan Bima IV) di penjara Batavia sebenarnya adalah upaya sistimatis dari Belanda untuk menumbangkan kesultanan Bima. Namun untuk mengisi kekosongan kekuasaan, Sara Dana Mbojo mengangkat putera Mahkota Hasanuddin menjadi Sultan Bima V. Patah tumbuh hilang berganti, tongkat estafet kepemimpinan terus bergulir mengikuti perkembangan zaman. Orang Makassar memberinya nama “ I Mapattali”,. Sultan Hasanuddin  lahir di Bima pada tanggal 22 zulkaidah 1100 H ( 7 September 1689). Dalam usia 25 tahun melangsungkan pernikahan dengan Karaeng Bissampole, bertepatan dengan tanggal 3 Ramadhan 1126 H ( 13 September 1714 M) dan memperoleh tiga orang putera dan seorang putri. Yang putera masing-masing bernama Alauddin (Sultan Bima VI), yang kedua bernama Abdullah, yang gugur di medan pertempuran ketika memimpin laskarnya untuk membantu Raja Selaparang yang sedang berperang dengan Raja Karangasem  Bali. Putera ketiga bernama Ibrahim  dan puteri bungsu  diberi gelar “ Ma Mbora di Tallo” (yang wafat di Tallo, tidak dijelaskan nama dirinya).


Selama masa pemerintahnya yang berlangsung dari tahun 1696-1731, Sultan Hasanuddin telah mampu mewujudkan cita-cita untuk mempertahankan kemerdekaan rakyat dan negeri yang dicintainya. Bima tetap berperan sebagai pusat perdagangan bebas dan penyiaran agama islam di wilayah Nusantara Timur. Selain tetap berperan sebagai Sultan yang menentang Belanda, Hasanuddin  juga telah berhasil mengadakan pembaharuan pada struktur dan organisasi pemerintah. Di Bidang Agama,ia  telah berhasil menyebarluaskan syiar Islam di daerah-daerah taklukannya melalui pendekatan seni budaya. Sehingga di daerah kekuasaannya berkembang seni budaya yang sarat dengan nilai Islam. Setelah berjuang demi rakyat dan negerinya, maka pada tanggal 14 Rajab 1145 H bertepatan dengan tanggal 23 Januari 1731 M, Sultan yang membawa angin pembaharuan itu mangkat. Jenazahnya di makam Dana Taraha sebelah timur makam Sultan Bima ke-16 H. Ferry Zulkarnain, ST. Setelah mangkat diberi gelar Ma Wa'a Bata Bou. Dalam catatan lain disebutkan dengan Ma Wa'a Bou yang berarti pembawa pembaharuan. 

Penulis : Alan Malingi

Sumber :

Sejarah Bima Dana Mbojo, Abdullah Tayib, BA
Peran Kesultanan Bima Dalam Perjalanan Sejarah Nusantara, M.Hilir Ismail
Kebangkitan Islam Di Dana Mbojo, N. Hilir Ismail
Profil Raja Dan Sultan Bima, M.Hilir Ismail & Alan Malingi
Chambert Loir Henry, Syair Kerajaan Bima, Lembaga Pendidikan Prancis Untuk Timur Jauh (EFEO), Jakarta 1982.
Chambert Loir Henry, Sitti Maryam R. Muhammad Salahuddin,” Bo Sangaji Kai”, Yayasan Obor, Jakarta, 1999.
Abdul Gani Abdullah, Badan Hukum Syara Kesultanan Bima, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Ahmad Amin, Sejarah Bima “Sejarah Pemerintahan Serba – Serbi Kebudayaan Bima”’ (Stensil) 1971.
Muslimin Hamzah, Ensiklopedia Bima, 2004
www.alanmalingi.wordpress.com

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.