Kesatria Yang Tewas Di Batavia
![]() |
Museum Fatahillah yang dulu adalah Penjara |
Inilah salah satu
kisah tragis yang dialami oleh generasi kesultanan Bima. Kesatria itu harus
merenggang nyawa di negeri yang jauh dari tumpah darahnya. Dial ah sultan
Jamaluddin, sultan Bima IV. Nama lengkapnya “ Jamaluddin Inayat Syah” Putra
sulung dari Sultan Nuruddin. Orang Makassar memberinya nama “ Alasa Jamluddin”.
Sultan Jamaluddin mempunyai saudra laki-laki yang setelah wafat diberi gelar “
Sangaji Bolo ‘ (tidak dijelaskan nama aslinya).Jamaluddin lahir
pada tahun 1673 M (drs. M. Hilir Ismail, 1988). Data tersebut bersumber dari
“Bo tercecer” Transkripsi L. Massier Abdullah. Menurut Lontara Gowa dan Tallo
serta naskah Bo, Sultan Jamaluddin melangsungkan pernikahan dengan siti Fatimah
Karaeng Tana-Tana putri Karaeng Bisei Puteri dari Sultan Hasanuddin Makassar.
Jadi Siti Fatimah Karaeng Tana-Tana adalah cucu dari Sultan Hasanuddin
Makassar. Dari pernikahan itu,
memperoleh tiga orang putra, yaitu Hasanuddin (Sultan Bima V), Jeneli
Sape Mambora di Gowa (nama gelar), La Kader yang meninggal di Bentaeng dan
seorang putri yang bernama Raja Partiga Ma Mbora di Reo (nama gelaran raja
Partiga atau Ruma Partiga nama jabatan, Ma Mbora berarti yang mangkat).
![]() |
Lukisan Suasana di Penjara Batvia |
Sultan
Jamaluddin Menolak bekerja sama dengan Belanda. Dihadapan pimpinan VOC,
Jamaluddin mengeluarkan keris terhunus agar Belanda tidak mencampuri urusan
dalam negeri kerajaan Bima. Akhirnya Belanda membuat jebakan dengan menuduh
membunuh bibinya Permaisuri Sultan Dompu pada saat Sultan Jamaluddin
mengunjungi Kesultanan Dompu tahun 1693. Sultan Jamaluddin diadili dan ditawan
selama dua tahun di Benteng Fort Rotterdam Makassar, kemudian ditahan di
Batavia pada tahun 1695. Sultan Jamaluddin meninggal di Penjara Batavia pada
tahun 1696. Penjara itu sekarang menjadi Muesum Fatahillah. Tiga tahun kemudian kabar kematian Jamaluddin
diketahui oleh Istana Bima. Kerangka Zenajahnya dibawa kembali ke Bima dan
dimakamkan dengan makam ayah dan kakeknya Abdul Khair Sirajuddin di Pemakaman
Tolobali Bima.
![]() |
Benteng Fort Reterdam Makassar |
Penulis : Alan
Malingi
Sumber :
Sejarah Bima Dana
Mbojo, Abdullah Tayib, BA
Peran Kesultanan Bima
Dalam Perjalanan Sejarah Nusantara, M.Hilir Ismail
Kebangkitan Islam Di
Dana Mbojo, N. Hilir Ismail
Profil Raja Dan
Sultan Bima, M.Hilir Ismail & Alan Malingi
Chambert Loir Henry,
Syair Kerajaan Bima, Lembaga Pendidikan Prancis Untuk Timur Jauh (EFEO),
Jakarta 1982.
Chambert Loir Henry,
Sitti Maryam R. Muhammad Salahuddin,” Bo Sangaji Kai”, Yayasan Obor, Jakarta,
1999.
Abdul Gani Abdullah,
Badan Hukum Syara Kesultanan Bima, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
Ahmad Amin, Sejarah
Bima “Sejarah Pemerintahan Serba – Serbi Kebudayaan Bima”’ (Stensil) 1971.
Muslimin Hamzah,
Ensiklopedia Bima, 2004
www.alanmalingi.wordpress.com
Post a Comment