Alamat Pecah Gunung Tambora
" Hijratun Nabi salla'llahi
'alaihiwassalama seribu dua ratus tiga puluh genap tahun, tahun Za pada hari
selasa waktu subuh sehari bulan jummadilawal, tatkala itulah tanah bima
datanglah takdir Allah melakukan kodrat iradat atas hamba-Nya.Maka gelap
berbalik lagi lebih daripada malam itu, kemudian maka berbunyilah seperti bunyi
meriam orang perang,kemudian maka turunlah kersik batu dan abu seperti dituang,
lamanya tiga hari dua malam. Maka heranlah sekalian hamba-Nya akan melihat
karunia Rabbi al-alamin yang melakukan fa al li mai yurid. Setelah itu maka
teranglah hari, maka melihat rumah dan tanaman sudah rusak semuanya.
Demikianlah adanya itu, yaitu pecah Gunung Tambora menjadi habis mati orang
Tambora dan Pekat pada masa Raja Tambora bernama Gafur dan Raja Pekat bernama
Muhammad. " ( Dikutip dari Kerajaan Bima Dalam Sastra
Dan Sejarah, Henry Chambert- Loir dan Bo Sangaji Kai, Henry Chambert-Loir & Siti Maryam R Salahuddin hal
316).
Begitu indah catatan kuno
dan usang itu menggambarkan dan memberikan kabar kepada sejarah dan ummat
manusia tentang letusan dahsyat Tambora. Naskah BO selalu diawali dengan kata
hijratun Nabi dan seterusnya. Tahun 1230 genap tahun Za di atas adalah tahun
hijriah. Karena Kesultanan Bima
selalu menggunakan Tarikh Hijriah. Setelah dikonversi ke dalam tahun masehi
maka ketemulah angka 11 April 1815. Angka tahun dan uraian dalam BO Sangaji Kai
ternyata sama dengan berbagai catatan dunia tentang letusan Tambora, salah
satunya adalah History Of Java oleh Thomas Stanford Rafless. Letusan Tambora terjadi pada masa pemerintahan
Sultan Abdul Hamid (Sultan Bima ke 9 tahun 1773 -1819 ).
Penulis : Alan Malingi
Post a Comment