f Jena Teke ke-17 Kesultanan Bima - SEJARAHBIMA.COM | Mengupas Sejarah, Budaya dan Pariwisata

Header Ads

Jena Teke ke-17 Kesultanan Bima

Jena Teke Muhammad Putera Ferryandi (berdiri kanan) 
Minggu ,18 September 2016 menjadi momentum bersejarah bagi Bima dan pelestarian tradisi di kesultanan Bima. Jena Teke atau putera mahkota baru dinobatkan di Asi Mbojo dengan upacara adat sakral yang mewarnai perjalanan panjang sejarah Bima. Jena Teke baru itu adalah Muhammad Putera Ferryandi,lahir pada tanggal 12 Desember 1995, putera pertama dari almarhum Sultan Bima ke-16 H. Ferry Zulkarnain, ST dengan permaisuri Hj. Indah Dhamayanti Puteri. Dae Yandi, demikian sapaan akrabnya, akan menjalanni serangkaian prosesi penobatan yang diawali dengan silaturahmi di Temba Ncuhi atau sumur Ncuhi Dara pada jumat, 16 September 2016 dan Ziki Roko untuk calon putera Mahkota pada Sabtu malam tanggal 17 September 2016 di Asi Mbojo. Ziki Roko adalah ritual zikir tradisi kesultanan Bima.

Jena Teke adalah istilah untuk setiap putera mahkota kesultanan Bima. Sebelum diangkat menjadi Sultan, maka terlebih dahulu diangkat sebagai Jena Teke. Menurut Ketua Majelis Adat Dana Mbojo, Dr. Hj. Siti Maryam Salahuddin, Jena Teke terdiri dari dua suku kata yaitu Jena dan Teke. Jena adalah gelar jabatan di dalam lingkungan Istana Bima. Sedangkan Teke adalah nama desa di Bima. Desa Teke memiliki sejarah dan nilai filosofis bagi berdirinya kesultanan Bima, karena di tempat inilah Abdul Kahir I, pendiri kesultanan Bima dibina dan ditempa untuk menjadi Sultan Bima.

Muhammad Putera Ferryandi adalah mahasiswa pada fakultas Sosial dan Politik Universitas Padjajaran Bandung. Jika dihitung dari Jena Teke sejak sultan pertama, maka Muhammad Putera Ferryandi adalah Jena Teke ke-17 yang diangkat melalui keputusan Tim Sembilan Majelis Adat Dana Mbojo dan keputusan para Ncuhi dengan nomor : 01/Ncuhi/VII/2016. Selamat mengamban amanah Sara Dana Mbojo.


Penulis :Alan Malingi 

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.