Menelisik Jejak Islam Awal Di NTB
![]() |
Alan Malingi berbaju putih sedang memberikan pemarapan |
Dua agenda kebudayaan di gelar di Mataram pada 10 hingga 11 September
2016 yaitu Seminar kebudayaan menelisik Sejarah Dan Jejak Islam Awal Di Nusa
Tenggara Barat dan Dialog Budaya dengan Tema Jejak Peradaban Kepemimpinan Islam dan refleksi
bagi kepemimpinan masa depan. Dua agenda tersebut digelar dalam rangka Bulan Budaya Lombok
Sumbawa 2016 yang berlangsung di aula gedung Bank Indonesia Mataram pada Sabtu
10 September 2016 dan di Hotel Lombok Raya Mataram pada tanggal 11 September
2016. Para Narasumber yang hadir dan
memberikan materi adalah Dr.Anhar Gonggong dengan Makalah Islam sebagai Perekat
Nusantara Prof..Dr.Joko Suryo dengan makalah Keunikan Islam Nusantara ,
Tawalinuddin Haris Jejak jejak Awal Islam di Lombok dan Sumbawa, Dr.Muslimin AR
Effendy Proses Islamisasi Di
Dana Mbojo dan Muhammad Fajri Wujud Islam Awal Di Lombok dan Sumbawa.
Sedangkan pada sesi dialog budaya, tampil sebagai pembicara adalah Alan Malingi
dari Bima, Aries Zulkarnain dari Sumbawa dan Lalu Irawan dari Lombok.
Anhar Gonggong memaparkan bahwa islam yang datang kemudian telah menjadi
perekat nusantara dan tak ketinggalan pula di pulau Lombok dan Sumbawa. “ Di
NTB, Islam telah menjadi indentitas masyarakat NTB,” Papar Sejrahwan dan tokoh
Nasional asal Sulawesi Selatan itu. Prof.Joko Suryo memaparkan keunikan Islam
Nusantara yang telah menjadi identitas politik,sosial dan budaya, terutama di
NTB.
![]() |
Bersama Anhar Gonggong |
Arekeolog Tawalinuddin Haris memaparkan bahwa sejarah kedatangan islam
awal di pulau Lombok didapatkan dari keterangan Babad Tanah Lombok yang
mengisahkan tentang kedatangan Sunan Prapen yang berlabuh di Labuan Lombok (
Pantai Timur) yang pada waktu itu merupakan pelabuhan dagang. Raja Lombok
menerima islam secara suka rela, tetapi rakyatnya menolak sehingga terjadilah
peperangan yang akhirnya dimenangkan oleh orang-orang muslim. Setelah itu
pasukan Sunan Prapen menyebar ke seluruh Lombok mengislamkan Langko, Pejanggik,
Purwa, Sarwadadi, Bayan, Sokok dan Sasak. Babad Tanah Lombok diperkuat oleh
temuan arkeologi makam-makam tua antara lain makam Kramat Raja Selaparang
berlokasi di Lombok Timur, Situs Makam Seriwa,Situs Makam Wali Nyatok di Lombok
Tengah. Sedangkan situs makam makam-makam yang lebih muda terdapat di Lombok
Barat seperti makam Batu Layar kabupaten Lombok Barat. “ Menurut hemat saya
kehadiran Sunan Prapen di Lombok dapat dipandang sebagai masa awal kehadiran
Islam , ketika itu sudah ada orang islam yang datang, kemudian sudah ada
penduduk yang beragama Islam. Hal itu terjadi pada abad ke-16.“ Papar Putera
kelahiran Lombok ini yang membawakan materi Jejak-Jejak Awal Islam Di Loombok,
Perspektif Arkeologi.
Aries Zulkarnain yang
mewakili Lembaga Adat Tana Samawa yang menjadi pembicara pada Dialog Budaya
pada tanggal 11 September di Hotel Lombok Raya mengemukakan dalam bukunya
Kepemimpinan Dalam Adat Dan Rappang Tana Samawa,di Tana Samawa, jauh sebelum
kerajaan Sumbawa terbentuk, yaitu ketika kerajaan-kerajaan kecil yang lebih
dari 18 buah banyaknya itu Berjaya, pelaut dan pedagang Arab maupun Melayu
serta daerah –daerah lainnya sudah bergaul akrab dengan penduduk asli yang
menganut faham animis pada abad ke-7. Namun secara serentak masyarakat Sumbawa
memeluk Islam ketika keluar maklumat pengislaman Wathan (Utan Kadali) pada
tahun 1623.
![]() |
Santai di celah acara Dialog Budaya di Hotel Lombok Raya |
Dua Pembicarara dari Bima
yaitu Dr. Muslimin AR Effendi dan Alan Malingi mengemukakan bahwa momentum
kedatangan islam di Bima yaitu pada Abad ke-16, namun islam resmi menjadi agama
kerajaan Bima pada abad ke-17 dengan dinobatkannya Abdul Kahir I sebagai Sultan
Bima pertama pada tahun 1640. Muslimin Effendy yang memaparkan Makalah Islam,
Ulama dan Sultan, Diskursus Politik Dan Transformasi Sosial Di Kesultanan Bima mengemukakan
bahwa proses islamisasi di kerajaan Bima dilakukan oleh Kerajaan Gowa dengan
mengirim para mubaliq untuk berdakwah dan menyebarkan islam di tanah Bima.
Proses islamisasi kemudian dilakukan dengan ekspedisi militer untuk membantu Abdul Kahir
merebut tahta dari kekuasaan Salisi. Proses islamisasi itu tercatat dalam BO
Kerajaan Bima maupun dalam catatan harian kerajaan Gowa-Tallo yang bersumber
dari naskah Makassar lama Lontarak Bilang. Alan Malingi, ketua Majelis
Kebudayaan Mbojo yang menjadi pembicara pada dialog budaya mengemukakan, bahwa
informasi tentang kedatangan para mubaliq ke Bima sudah tertulis dalam catatan
Tome Pires yang berkunjung ke Bima pada tahun 1513, misi Sunan Prapen dan
catatan Raja-Raja Ternate pada masa Sultan Khairun tahun 1530-1570 dan Sultan
Baabullah pada tahun 1570-1583. Dalam catatan tersebut menyebutkan bahwa orang-orang
para mubaliq dari Demak dan Ternate sudah mengunjungi Bima untuk berdakwah dan
para pedagang dari Bima sudah berkunjung ke Ternate. “ Pada era tersebut telah terbentuk
aliansi Aceh-Demak-Ternate dengan istilah Al-Maru Lokatul Molukiyah atau
khalifah Empirium Nusantara. Hal itu menunjukkan bahwa islam sudah masuk di
Bima pada abad ke-16 dan menjadi agama resmi kerajaan Bima pada abad ke-17. “
Papar Alan.
Penulis : Alan Malingi
Post a Comment