Mengunjungi Asi bou
Sepintas kita lihat bangunan
ini adalah sebuah rumah panggung seperti rumah masyarakat Bima pada umumnya.
Bangunan yang terkonstruksi dari kayu jati alam Bima ini adalah sebuah Istana
yang disebut ASI BOU atau Istana Baru. Istana ini terletak di samping timur Istana
Bima (Sekarang Museum Asi Mbojo). Dinamakan ASI BOU karena
didirikan belakangan setelah pendirian Istana Bima pada tahun v1927, tepatnya
pada masa Pemerintahan Sultan Ibrahim (1881 – 1936). ASI BOU Dibangun untuk
putera Mahkota Muhammad Salahuddin. Namun setelah dinobatkan menjadi sultan,
Muhammad Salahuddin memilih tinggal di Istana lama. Akhirnya ASI BOU ini
ditempati oleh adiknya Haji Abdul Azis atau yang dikenal dengan nama Ruma Haji.
Bangunan ini menghadap ke
arah utara dengan panjang sekitar 16 Meter dan lebar 8 meter. Terdiri
dari Sancaka Tando (Emperan Depan ) yang berfungsi sebagai ruang tamu. Ada juga
beberapa kamar tidur sultan dan keluarganya. Kemudian dibelakangnya terdapat
Sancaka Kontu (Serambi Belakang )berfungsi sebagai dapur. Atapnya terbuat dari
genteng pilihan.
Asi Bou merupakan salah satu
benda cagar budaya yang seharusnya dirawat dan ditata sesuai bentuk aslinya
sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1992
Tentang Cagar budaya dan juga telah tertuang dalam Monumenter Ordonantie stbl,
238 Tahun 1931 pasal 1 ayat 1 a. Pemugaran bangunan ini baru dilakukan pada
tahun 1998 oleh Depertemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Asi Bou tetap berdiri kokoh
di Samping Istana Bima. Sepertinya dia sedang mendendangkan lagu keluguan masa
silam kepada generasinya. Dia tetap kokoh mengawal perubahan zaman. Dia adalah
saksi sejarah sebuah peradaban yang pernah berjaya selama lebih dari tiga abad
lamanya. Perlu sebuah politikal Will dari para penentu kebijakan untuk merawat,
menata dan memanfaatkan bangunan ini untuk kepentingan penelitian sejarah dan
budaya.
Penulis : Alan Malingi
Sumber : Asi Mbojo
Penghubung Masa Lalu dan Masa Kini, Alan Malingi
Post a Comment