Pakaian Adat Wanita Mbojo
![]() |
Sampela Mbojo Penerima Tamu pada acara Penobatan Jena Teke ke-17 |
Pada masa lalu, wanita Mbojo
memiliki tata busana harian yang terdiri dari Baju Bodo atau Baju Poro yaitu
baju berlengan pendek yang mendapat pengaruh dari Makasar. Warna baju Bodo melambangkan status pemakaianya. Baju Poro
berwarna merah adalah untuk para gadis. Baju Poro berwarna hitam dan ungu
adalah untuk kaum ibu. Sedangkan warna kuning dan hijau adalah untuk wanita
keluarga sultan. Di ujung lengan baju di pasang “Satampa baju”, berfungsi sebagai penutup lengan dan juga sebagai
asesoris. Tetapi pada masa kini, seiring pesatnya pemakaian Jilbab, untuk
menutup lengan hingga pergelangan tangan, kaum wanita menggunakan manset
penutut dengan berbagai macam warna yang disesuaikan dengan warna baju poro.
Demikian juga masalah warna, wanita Mbojo sudah tidak lagi mengikuti aturan dan
tata cara masa lalu. Warna Baju Bodo sudah disesuaikan dengan selera zaman.
Untuk
pakaian bawah, pada masa lalu menggunakan Tembe su’i atau tembe songke (sarung
songket), warna dasar merah atau coklat dan ada juga yang berwarna hitam. Sedangkan
motif yang umum digunakan adalah motif garis – garis kecil, kakando dan pado
waji yang dihiasi dengan sulaman benang emas dan perak. Ada juga yang memakai “tembe bali mpida” (sarung bermotif
nggusu upa segi empat dengan ukuran kecil). Untuk aksesoris, menggunakan Giwa
Mpida (Giwang kecil ) dan Karabu To’I (jenis giwang berbentuk bunga samobo atau
Bunga sekuntum). Sedangkan untuk tata rambut, menggunakan Samu’u Cangga (Sanggul
Khas Bima), pada sanggul dipasang tiga tangkai bunga jampaka (cempaka) berwarna kuning symbol kejayaan
kaum ibu.
Pada masa lalu, kaum ibu
termasuk gadis, tidak dibenarkan memakai
perhiasan dari emas atau perak yang berlebih – lebihan, walau permaisuri dan
putri sultan. Konsep kesederhanaan sangat Nampak dalam penampilan yang melarang
memamerkan kekayaan dengan memakai gelang dan kalung dari emas dan perak.
Lain lagi Pakaian wanita Mbojo untuk upacara dan
hajatan-hajatan seperti khitanan. pada masa lalu mereka menggunakan Baju poro
(baju bodo) bewarna merah atau coklat, khusus bagi putri sultan berwarna kuning
atau hijau, tembe songke (sarung songket).Kondo lo’I (Kalung Obat), simbol
kesehatan rohani dan jasmani, Kawari berbentuk segi tiga atau lingkaran,Kondo
randa (kalung panjang), Jima ancu (gelang untuk lengan),Ponto (gelang besar),Bangka
(sejenis anting besar). Semua jenis perhiasan dari emas yang dipakai merupakan
simbol harga diri dan martabat kaum perempuan yang harus dijaga dan dipilihara.
Sedangkan untuk kegiatan khatam Alqur’an atau
yang dikenal dengan Khata Karo’a, wanita Mbojo menggunakan Baju kabaya (baju
kebaya), berwarna putih atau kuning dan ada pula yang berwarna hajau,Tembe bali
mpida (sarung bermotif garis membentuk kotak segi empat kecil) dan Todu lanta
(kerudung putih).
Penulis : Alan Malingi
Sumber :
Mengenal Pakaian Adat Bima, M.Hilir Ismail Dan
Alan Malingi
Post a Comment