Senandung Untuk Jena Teke
Salah
satu yang unik dari setiap penobatan Jena Teke(Putera Mahkota) maupun Sultan
Bima adalah alunan senandung Kande. Kande adalah bahasa berirama yang diucapkan
sesuai irama tertentu pula. Dari segi isi, kande bersifat mengajak, memikirkan
serta mengingatkan terhadap tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan.
Kande biasanya ditujukkan kepada Raja atau penguasa,dengan tujuan agar tetap
konsisten dan memiliki tanggung jawab terhadap tugas yang diemban( Anwar
Hasnun, Makna Dan Fungsi Puisi Bima : 20).
Pada
masa lalu, kande merupakan cara rakyat menyampaikan isi hati melalui para
Gelarang dan tetua. Gelarang atau yang juga dikenal dengan Ompu Na’e terdiri
dari Ompu Na’e Belo, Ompu Na’e Bolo, dan
Ompu Na’e Sape dalam upacara adat Kerajaan. Kande diucapkan oleh Gelarang Na’e
diwakili oleh 3 gelarang yang mewakili wilayah masing-masing. Gelarang Bolo
mewakili masyarakat di wilayah Bolo dan Donggo. Gelarang Belo mewakili
masyarakat di wilayah Kae, dan Gelarang Sape mewakili rakyat di wilayah Sape
dan Wawo ( Massir Q Abdullah).
Kande
terdiri dari beberapa jenis yaitu kande berisi tentang pertanian yang pernah
dituturkan oleh H.Abubakar Ahmad, Naru Sape, pada Juli 2004, Kande Lewa ro Laka
( Kande untuk perang), Kande yang ditujukan kepada Bicara, Kande yang
ditujukkan kepada Tureli atau sederajat Menteri di Kerajaan Bima, Kande untuk
Bumi yang sejajar dengan hakim sebagai pembantu Tureli dengan Camat, Kande
untuk Jena Luma dan Jena Mone(Jabatan di bawah Bumi), Kande untuk Mbangi Bata
Nggampo dan Nenti Luma. Keduanya dibekali dengan terompah yang tebal dan
tongkat yang kuat agar memiliki kekuatan dalam melaksanakan tugas.
Berikut
Kande untuk Jena Teke atau Putera Mahkota yang dituturkan oleh Syahbuddin
H.A.Razak, SP. M.Si pada saat penobatan putera Mahkota Kesultanan Bima ke-17
Muhammad Putera Ferryandi Bin Sultan H.Ferry Zulkarnain pada Minggu, 18
September 2016 di Asi Mbojo ( Istana Bima).
Amaka’u
Nemba
mena ela ra douta
Sadana
Mbojo
Masakaka
ro tungga nggahi sara
Mai
tuha ra lanti kaina
Amaka’u
dima Jena Teke
Bunera
sama kai ba Sara Dana Mbojo
Kidipu
di Donggo madese
Doro
ma leme serana ma kalau
Ndai
ntanda kasama eda kasabua
Ela
ra dou sadana Mbojo
Lara
kaipu beti ma taho ntiri
Tohokaipu
jangka ma sama mbolo
Dacina
ma sama tani
Salobe
lante sabuakai dipi
Ela
ra dou ta sa dana Mbojo
Maja
labo dahu ade su’u kaimu taki
Su’u
sawa’u
Sia
Sawalepu
Londo
kai ba nggahi sara
Mancihi
ncao labo eli huku
Rakasabua
kai nuntu
Rawi
ra sama kai
Bamenana
ela ra dou ta Sadana Mbojo
Tohompara
Jena Teke Sura Dou Malabo Dana
Terjemahan Bebas
Putera Raja
Hormat seluruh rakyat
Se tanah ( wilayah) Bima
Yang menunjung tinggi kebijakan
Pemerintah
Menobat dan melantik
Putera raja menjadi putera mahkota
Seperti yang disepakati pemerintah Bima
Berdiri pada gunung yang tinggi
Gunung yang menjulang padang yang luas
Untuk memperhatikan rakyat secara
seksama
Rakyat se wilayah Bima
Membentang Tali Sepat yang lurus
Menampatkan jangkar yang bundar
Dacin(Timbangan) yang sama berat
Selembar lante,selembar tikar
Rakyat se wilayah Bima
Malu dan takut dalam menjalankan tugas
Dijunjung tinggi
Bertahan sekuatnya
Turunnya perintah sara
Yang sesuai dengan perintah hukum
Telah satu bahasa
Perbuatan yang dsepakati
Seluruh rakyat Bima
Biarlah putera mahkota asalkan rakyat
dan negeri
Senandung
di atas berisi ungkapan hati dan harapan rakyat kepada pejabat putera mahkota
yang dilantik; diawali dengan Ama Ka’u, nemba mena ela ra dou ta sandana Mbojo,
seluruh rakyat Bima menyampaikan salam hormat. Pada baris berikutnya disebutkan
“ Kidipu di Donggo madese, berdiri di gunung Donggo yang tinggi artinya
berdirilah di tempat yang paling atas, karena dataran tinggi Donggo adalah yang
tertinggi di Bima. Seorang pemimpin harus mampu mengayomi dan melindungi
rakyatnya. “Ntanda kasama eda kasabua, ela ro dou sadana Mbojo” Agar
memperhatikan secara seksama seluruh rakyat tanpa pandang bulu. “Lara kaipu
beti ma tao ntiri” pakailah tali sepat yang lurus mengandung pengertian
hendklah lurus dan jujur dalam melaksanakan tugas. “ Toho kaipu jangka ma sama
mbolo, Dacina ma sama tani “ Tempatkanlah jangkar yang bundar dan timbanganyang
sama beratnya. Hal ini berarti dalam melaksanakan tugas harus berbuat adil.
Dibagian akhir syair kande, memberikan nasehat “ Tohompara Jena Teke Sura Dou
Malabo dana “ Biarlah untuk putera mahkota asalkan rakyat dan negeri. Hal itu
berarti seorang pemimpin tidak boleh mementingkan diri sendiri dan keluara,
tetapi harus mengedepankan kepentingan rakyat.
Penulis
: Alan Malingi
Penutur
: Syahbuddin H.A.Razak, SP.M.Si
Sumber
: Makna dan fungsi Puisi Bima, Anwar Hasnun
Infiorman
: Massir Q Abdullah (alm).
Keterangan
Istilah :
1. Ompu Na’e = panggilan untuk Gelarang (Kepala Desa
sekarang)
2. Bicara = ( Perdana Menteri)
3. Bumi =Jabatan menengah di istana Bima
4. Jena Luma = Jabatan di bawah Bumi
5. Jena Mone =jabatan di bawah Bumi
6. Mbangi Bata Nggampo =
7. Nenti Luma = Jabatan di dalam istana.
8. Sara Dana Mbojo = pemerintah dan rakyat kerajaan Bima
Post a Comment