Raja Tanpa Permaisuri
Abdul Azis adalah putra
sulung Sultan Abdullah, lahir di Bima pada tahun 1860 di saat Bima sedang mendapat
tekanan dan paksaan untuk menerima isi
perjanjian yang sangat merugikan dari pihak penjajah Belanda. Abdul Azis
mempunyai seorang adik yang bernama Ibrahim. Abdul Azis selama hayatnya tidak
pernah menikah, karena itu dalam menjalankan tugasnya ia tidak pernah
didampingi oleh seorang permaisuri seperti lajimnya seorang Sultan. Berhubung
tidak mempunyai putra, maka setelah mangkat jabatan Sultan diamanahkan kepada
adiknya Ibrahim.
Sebelum dilantik
menjadi Sultan Bima XII menggantikan kedudukan ayahnya yang wafat pada tahun 1288 H
(tahun 1868 M), ia dilantik menjadi Jena Teke oleh Majelis Hadat Dana Mbojo.
Setelah memegang tampuk pemerintahan kurang lebih 13 tahun, Ia mangkat tanpa
menderita penyakit. Hal ini mengundang banyak tanda tanya di lingkungan istana.
Jenazahnya dikebumikan di halaman Masjid Istana di kompleks makam keluarga. Sesuai
dengan statusnya yang masih membujang maka oleh rakyat diberi gelar “ Ruma Ma
Wa’a Sampela” (Sultan yang wafat dalam keadaan bujang).
Pada
masa ini, hubungan Bima dengan Belanda seperti Api dalam sekam. Belanda terus
berusaha memaksa Sultan untuk menandatangani perjanjian dan kontrak. Hal ini
menimbulkan pro dan kontra di kalangan majelis Adat dan pejabat kerajaan. Ada
yang setuju dan ada juga yang tidak setuju. Sehingga lahirlah kelompok “ Ma
Kalosa Weki “ ( Kelompok yang keluar dari Istana) seperti Wazir (Perdana
Menteri Ahmad Daeng Manasa). Sikap Perdana Menteri ini disambut positif oleh para bangsawan dan tokoh
masyarakat. Kelompok inilah yang kemudian mempelopori Perang Rakyat seperti
perang Ngali (1908-1909),Perang Kala (1908) Perang Rasa Nggaro(1910), Dan
Perang Dena (1910). Sultan Abdul Azis meninggal di usia bujang secara misterius
sehingga diberi gelar Ma Wa’a Sampela.
Penulis : Alan
Malingi
Sumber :
Sejarah Bima Dana
Mbojo, Abdullah Tayib, BA
Peran Kesultanan Bima
Dalam Perjalanan Sejarah Nusantara, M.Hilir Ismail
Kebangkitan Islam Di
Dana Mbojo, N. Hilir Ismail
Profil Raja Dan
Sultan Bima, M.Hilir Ismail & Alan Malingi
Chambert Loir Henry,
Syair Kerajaan Bima, Lembaga Pendidikan Prancis Untuk Timur Jauh (EFEO),
Jakarta 1982.
Chambert Loir Henry,
Sitti Maryam R. Muhammad Salahuddin,” Bo Sangaji Kai”, Yayasan Obor, Jakarta,
1999.
Abdul Gani Abdullah,
Badan Hukum Syara Kesultanan Bima, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syarif
Hidayatullah, Jakarta.
Ahmad Amin, Sejarah
Bima “Sejarah Pemerintahan Serba – Serbi Kebudayaan Bima”’ (Stensil) 1971.
Muslimin Hamzah,
Ensiklopedia Bima, 2004
www.alanmalingi.wordpress.com
Post a Comment