Tradisi Compo Sampari
![]() |
Sumber Foto : Kahaba Info |
Upacara compo Sampari atau
pemasangan keris( memakaikan keris) kepada anak laki – laki yang akan di Suna
Ro Ndoso. Dilakukan oleh seorang tokoh adat, diawali dengan pembacaan do’a
disusul dengan membaca shalawat Nabi. Upacara ini digelar sebagai peringatan
bahwa sebagai anak laki – laki harus memiliki kekuatan dan keberanian
yang dilambangkan dengan sampari ( keris).
Sedangkan Upacara compo
baju yaitu upacara pemasangan baju kepada anak perempuan yang akan di saraso
ro ndoso. Baju yang akan dipasang sebanyak 7 lembar baju poro(Baju
pendek) yang dilakukan secara bergilir oleh para tokoh adat dari kaum ibu.
Makna compo baju adalah merupakan peringatan bagi anak, kalau sudah
di saraso berarti sudah dewasa. Sebab itu harus menutup aurat dengan
rapi. Tujuh lembar baju adalah tujuh simbol tahapan kehidupan yang
dijalani manusia yaitu masa dalam kandungan, masa bayi, masa kanak –
kanak, masa dewasa, masa tua, alam kubur dan alam baqa(akherat).
Setelah semua upacara adat
selesai dilaksanakan, maka akan dilaksanakan acara inti, yaitu acara khitanan.
Bagi anak laki – laki dilaksanakan sore hari, dihadiri oleh pejabat sara hukum
( Gelara dan Lebe= Gelarang dan Penghulu), para ulama, tokoh adat dan para
sanak keluarga, dikhitan oleh “Guru Suna” (Guru Sunat) yaitu seorang tokoh adat
yang ahli sunat. Seiring kemajuan tekhnologi, khitan dilakukan oleh petugas
kesehatan atau dokter.
Saraso ( khitan) anak
perempuan, akan dilaksanakan pagi hari dihadiri oleh para tokoh adat perempuabn
bersama sanak saudara. Khitanan anak perempuan dilakukan oleh isteri
lebe(Lebai) dan istri Galara ( Gelarang). Acara khitanan diiringi dengan irama
musik genda (gendang) yang bertalu – talu untuk menambah semangat dan
keberanian anak yang dikhitan. Setelah disunat, khusus bagi anak laki – lai
harus melakukan atraksi “Maka” yaitu meloncat – loncat dengan keris
di tangan kanan, sambil mengucapkan ikrar siap sedia mengorbankan jiwa raga
demi Rakyat, Negeri dan Agama yang dicintai. Diiringgi irama gendang yang
bertalu – talu.
Penulis : Alan Malingi
Sumber :
Rangkaian Upacara Adat
Kelahiran Masyarakat Bima-Dompu M.. Hilir Ismail Dan Alan Malingi
Post a Comment