Jejak La Mbila
![]() |
Istana Bima di Pota ( Mbojoklopedia) |
Dalam catatan sejarah Bima,
terdapat 4 orang bangsawan bernama La Mbila. Pertama adalah La Mbila Ma Kapiri
Solor, putera perdana Menteri Bilmana yang telah melakukan ekspansi kekuasaan
ke Manggarai hingga kepulauan Alor dan Solor. Kedua adalah La Mbila yang
setelah memeluk Islam mengganti nama menjadi Jalaluddin, perdana menteri
pertama di era kesultanan Bima, setelah wafat diberi gelar Manuru Suntu dan
kuburannya di halaman SDN No 2 Kota Bima. Ketiga adalah La Mbila yang bernama
Abdul Khair Sirajuddin, Sultan Bima kedua yang tak pernah terkalahkan dalam
berbagai pertempuran. Ke empat adalah La
Mbila, Bicara Mbojo dan Jeneli Bolo Ma Mbora Di Buton.
Berikut kisah heroik dari 4
orang yang bernama La Mbila sebagai kenangan sejarah kepada generasi tentang
perlawanan yang gigih untuk mempertahankan kehormatan dan kemuliaan tanah Bima
dari berbagai bentuk penindasan,hegemoni dan monopoli, serta penjajahan.
Serangan Perompak dan bajak
laut terus menjadi perhatian serius. Bilmana memberikan tugas berat kepada
kedua puteranya yaitu La
Mbila dan adiknya La Ara untuk menumpas Bajak Laut. Bilmana memberikan keris
pusaka yang berjuluk La Kalilo kepada La Mbila sebagai bekal dalam perjuangan. Kedua
putera Bilmana melakukan tugasnya dengan cemerlang. Bajak Laut berhasil
ditumpas. Tidak hanya itu, dengan dikukung kekuatan Armada laut yang dikenal
dengan “Pabise” La Mbila mulai memiliki ambisi besar menaklukan Manggarai. Abdullah
Tayib, BA menguraikan “ Dengan keris pusaka La Kalilo dan dibantu oleh adiknya
La Ara, menjadikan La Mbila sebagai seorang conquistador yang gigih. Dari
Manggarai La Mbila meluaskan wilayah ke sebelah timur lagi dengan menguasai
Ende, Larantuka sampai ke pulau Solor.Gerakan itu dilanjutkan ke arah selatan
dengan menguasai pulau Sumba. Hadat Bima ditegakkan pula di semua wilayah
kekuasaan baru itu. “ (Abdullah Tayib, BA, Sejarah Bima Dana Mbojo : 96). La
Mbila diperkirakan wafat pada masa pemerintahan Raja Ma Wa’a Ndapa dan diberi
gelar Ma Kapiri Solor yang berarti Raja yang menaklukan Solor.
Tentang perluasan wilayah
kerajaan Bima oleh La Mbila dijelaskan dalam BO sebagai berikut : “ Dalam pada
itu, maka disuruhnya anak Rumata Ma Wa’a Bilmana dengan adat senjata perangnya
menyerang negeri yang tersebut itu. Hatta adalah karunia dewata mulia raya
manyamaikan serta maksudnya itu maka kalahlah negeri semuanya itu. Maka
dikerjakan seperti mana adat orang yang sudah dialahkan negerinya serta
berulang-ulang member upetinya ke tanah Bima, itulah maka orang Manggarai
dipegangnya oleh Jena Luma Mbojo dan orang Sumba dipegangnya oleh Jena Mone Na’e.Sebab
itulah digelarkan Rumata Ma Kapiri Solor sampai sekarang ini. Pada zaman inilah
berjanji dan bersumpah Ompu Bermata dan Ompu Tuba orang besar Sumba dengan
Rumata Ma Kapiri Solor, tiada boleh sekali kali berobah tanah Sumba itu bertuan
kepada tanah Bima sampai kemudian harinya. “ (Massir Q Abdullah, Mengenal BO Catatan Kuno
Daerah Bima, 58)
Dalam ekspedisi ketiga
Makassar menyerang Bima, La Mbila juga turun ke medan pertempuran untuk
mengusir Salisi. Setelah Abdul Kahir dinobatkan menjadi Sultan Bima pertama
pada tahun 1640 M, Jalaluddin diangkat menjadi Ruma Bicara(Perdana Menteri)
sekaligus merangkap sebagai Bumi Renda atau panglima perang. Jalaluddin tinggal
di kampung Suntu hingga akhir hayatnya dan diberi gelar Ruma Manuru Suntu. “
Sebagai penghargaan dari Sultan Abdul Khair Sirajuddin atas kejantanan La Mbila
Manuru Suntu diciptakanlah Tarian Perang Kanja.” (Abdullah Ahmad, BA, Naskah Kerajaan
Bima dan Keberadaannya 1992).
Yang dimaksud La Mbila
sultan Bima di atas bukan Abdul Khair Sirajuddin, tetapi La Mbila Bicara Mbojo
yang mengalami luka berat bersama 4.500 pasukan Gowa yang ditawan di Pulau
Buton. Demi menyelamatkan saudaranya Abdul Khair Sirajuddin, La Mbila IV
mengambil alih pimpinan armada laut kala itu. Loloslah Abdul Khair Siirajuddin
dari pengepungan pasukan Speelman dan pasukan Buton. La Mbila IV diberi gelar
Ma Mbora di Buton atau yang mangkat di Buton.
La Mbila I Makapiri Solor,
La Mbila II atau Jalaluddin , La Mbila III Abdul Khair Sirajuddin, dan La Mbila
IV Ma Mbora Di Buton adalah sosok-sosok unggul yang pernah lahir dan hidup di
tanah Bima. Mereka telah berjasa besar dalam membangun dan mempertahankan tanah
negerinya dari berbagai bentuk penjajahan. Semoga spirit La Mbila I.II.III dan IV
menjadi motivasi bagi generasi kini dan akan datang dalam bentuk perjuangan
membangun negeri dengan ilmu dan amal yang bermanfaat bagi ummat manusia.
Penulis : Alan Malingi
Sumber :
1.
Abdullah Ahmad, BA, Naskah Kerajaan Bima dan
Keberadaannya, 1992;
2.
Abdullah Tayib, BA, Sejarah Bima Dana Mbojo;
3.
Hilir Ismail, Peran Kesultanan Bima Dalam
Perjalanan Sejarah Nusantara.
Post a Comment