Kalondo Lopi Dan Potensi Sangiang
Prosesi
Kalondo Lopi atau menunrunkan perahu ke laut adalah salah satu potensi budaya
dan wisata yang dimiliki desa Sangiang kecamatan Wera Bima NTB. Hampir setiap
tahun prosesi Kalondo Lopi digelar yang memberi bukti bahwa masyarakat Sangiang sebagai penjaga
tradisi bahari yang telah turun temurun. Setelah Perahu Al-Fatah diluncurkan
pada tahun 2015, kini Perahu Rhama The Fastest diluncurkan di pulau Sangiang.
Pemilik Perahu, baik Al-Fatah maupun Rhama The Fastest adalah pengusaha
sekaligus anggota DPRD Kabupaten Bima H. Adlan, S.Pd. Dia adalah putera
Sangiang yang telah berpengalaman di dunia dagang dan kebaharian.
![]() |
ibu-ibu desa Sangiang sedang menenun (Foto: Rifqi BJJ) |
Sangiang,
baik sangiang daratan maupun pulau Sangiang menyimpan banyak potensi wisata
budaya dan bahari. Desa Sangiang memiliki potensi seni budaya yang masih eksis
seperti Buja Kadanda, Gantao, Sagele, dan Kalero. Disamping itu, hampir setiap
rumah ditemui kaum wanita yang menenun. Di kala ada hajatan warganya, warga
desa Sangiang bergotong royong membuat jajan tradisional seperti Kalempe, Dodol
atau kadodo serta aneka kue tradisional lainnya. Setiap tahun warga Sangiang
menggelar lomba perahu layar tradisional yang digelar secara swadaya.
Pulau
Sangiang yang berjarak lebih kurang 25 Km dari Sangiang daratan adalah potensi
yang masih belum dikembangkan untuk wisata bahari, wisata alam dan wisata
jelajah. Disamping itu, pulau dan gunung api aktif ini menyimpan mitos dan
sejarah panjang bagi daerah Bima. Sangiang telah tersebut dalam kitab
negarakertagama yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365. Sangiang juga
terabadikan oleh seorang kelana Portugis Tome Pires dalam Suma Oriental.
Sangiang juga disebut dalam BO Sangaji Kai sebagai tempat transit Sultan Abdul
Kahir I, Sultan Bima pertama sebelum dijemput oleh perahu dari Kerajaan Gowa
ketika terjadi perebutan kekuasaan di tanah Bima pada paruh kedua abad ke-17.
Api
sangiang telah menjadi mitos di masyarakat tentang sebab-sebab kebakaran
beberapa kampung di Bima ketika mereka menyakiti orang-orang Sangiang.Kuda
Manggila, kuda perang yang tak terkalahkan di berbagai medan peperangan milik
Sultan Bima ke-2 Abdul Khair Sirajuddin juga berasal dari gunung Sangiang.
Masih banyak kisah dan sejarah tentang Sangiang yang menjadikan pulau ini
magnet bagi setiap orang, termasuk Mpu Prapanca, Tome Pires, para bajak laut
dan sultan-sultan Bima.
Melihat
berbagai potensi yang dimiliki Sangiang, sudah saat Pemerintah Daerah Kabupaten
Bima mulai dari Kepala Desa dan elemen masyarakat Sangiang, Camat Wera, Dinas
Kebudayaan Dan Pariwisata untuk mengemas kembali Festival Sangiang yang sempat
tertunda pada tahun 2015 dengan berbagai event seperti Parade Tenun Sangiang,
lomba perahu layar, jelajah Pulau Sangiang, Pawai Rimpu, Pentas Seni Budaya dan
berbagai event lainnya dalam satu Festival yaitu Festival Sangiang.
Penulis
: Alan Malingi
Post a Comment