Menyelamatkan Sastra Mbojo Dari Uma Lengge
Festival Uma Lengge yang digelar 6-9 Oktober 2016 telah
berlangsung sukses. FUL adalah ide briliant yang harus terus berkelanjutan dan
menjadi kalender of event bagi kebudayaan dan kepariwisataan di Dana Mbojo.
Karena FUL telah menjadi magnet baru perhelatan seni dan budaya Mbojo terutama
seni sastra lisan yang telah langka dari peredaran.
Hampir 90 porsen materi Festival Uma Lengge adalah sastra lisan
mbojo yang telah hidup selama berabad-abad lamanya dan hingga kini masih tetap
bertahan di tengah gebyar seni sastra moderen. Sastra lisan sebagai buah tutur
masyarakat sesungguhnya menyimpan memori indah masa lalu untuk masa kini dan
akan datang. Leluhur kita adalah seniman seniman sejati yang setiap gerak
langkahnya selalu diisi dengan senandung dan puisi. Ketika mereka menanam,
mereka melantunkan Arugele dan Sagele. Ketika mereka berdoa dan mengharapkan
sesuatu, mereka melantunkan Kasaro dan Kalero. Ketika mereka menggelar hajatan
seperti pernikahan,khitanan dan ritual lainnya mereka melantunkan Belaleha,
mangge ila, dan Bola ra Mbali.
Festival Uma Lengge sesungguhnya telah menjadi pioner dan
penggugah semangat menyelamatkan dan merevitalisasi seni sastra lisan
masyarakat Mbojo. Masih banyak tradisi tutur dan sastra lisan yang perlu
diangkat dan dilestarikan dari perhelatan Uma Lengge. Di Donggo masih ada
senandung Inambaru, masih ada 20 ntoko atau genre Rawa Mbojo yang perlu
diselamatkan, masih ada Tija Lante dari senandung masyarakat Sanggar yang perlu
ditampilkan di masa mendatang.
Sekali lagi, sukses untuk Festival Uma Lengge dan alangkah rugi
jika Pemerintah Daerah tidak mendukung FUL di tahun mendatang. Karena dalam
perspektif pelestarian Sastra Lisan, teman-teman Komunitas Uma Lengge dan
komunitas pendukung lainnya telah melakukan langkah cemerlang.
Penulis : Alan Malingi
Post a Comment