Menyelamatkan Seni Tari Mbojo
Sanggar, sebagai sebuah kerajaan yang memegang peranan penting
di sisi utara gunung Tambora, masih banyak menyimpan kekayaaan seni tari dan
seni vocal serta seni sastra. Sanggar memiliki beberapa seni tari klasik
seperti tari dan senandung Inde Ndua, Rangko, Arugele dan seni tari klasik
lainnya.
Tarian Kreasi dan garapan baru berkembang pesat.
Koregrafer-koreografer Mbojo seperti Linda Yuliarti M.Hilir dan Rahmawati
M.Hilir dari Paju Monca, Nana dari Sanggar Samparaja, Munarni dari Sanggar La Diha
Wawo, Guru Hima dari Sanggar Tololoa, Erwin Dari Sape, Ema Sri Maharani dari
SMKN 3 Kota Bima, Sri Rahmawati dari Sanggar Sandaka Sadia dan beberapa
koregrafer lainnya telah banyak menciptakan tari kreasi dan garapan baru yang
berakar dari kultur Mbojo seperti tari Muna Ro Medi, Tari Paranaka, Tari Lao
Moti, Tari Wura Bongi Monca, Tari Sampari, Tari Lopi Penge, Tari Sampela Lembo,
Tari Rimpu, Tari Weha Ani, Tari Pako Tana, Tari Mbolo Ra Dampa, Tari Lepi Siwe
dan berbagai tarian lainnya.
Seni musik dan tari bernafaskan islam memang tidak begitu
banyak. Mekipun pada masa lalu ada kesenian Debus yang didatangkan dari Banten
pada masa sultan Abdul Hamid (1773-1819) dan Dani Dana di lingkungan
orang-orang Arab. Seni Tari Islam yang masih bertahan hingga kini adalah Hadrah
dan Kasidah Rebana.Saat ini, kesenian Marawis berkembang pesat dan diminati
oleh masyarakat Bima. Di beberapa hajatan seperti pernikahan, khitanan dan
khatam Alqur’an, Marawis selalu ditampilkan. Kebanyakan seni bernafaskan islam masuk di
Bima dalam bentuk zikir atau dikenal dengan Ziki seperti Ziki Maulid, Ziki
Rati, Ziki Kapanca, Ziki Roko, Ziki Barjanji dan Ziki Guru Bura yang berkembang di Desa Rai
Oi dan Paranggina kecamatan Sape.
Diperlukan langkah nyata untuk menginventarisir dan melakukan
pembinaan terhadap sanggar –sanggar seni yang ada baik Sanggar Seni Asi maupun
di luar Asi untuk secara bersama-sama melestarikan dan mengembangkan kesenian
Asi,kesenian rakyat dan garapan baru. Ketiga komponen tersebut harus berjalan
seiring sejalan dan berkesinambungan agar seluruh komponen Seni Tari Mbojo
dapat terus lestari sepanjang perjalanan peradaban. Kita harus memandang
seluruh potensi seni tari itu secara seimbang dan proporsional. “ Ntanda
Kasama, Sandaka kasama “ Memandang seimbang dan menjaga bersama.
Penulis : Alan Malingi
Post a Comment