Sako- Sako Dan Kenangan Di Tanah Rantau
Bagi
teman-teman dari Bima dan Dompu tentu Sako-Sako adalah oleh-oleh khas yang
selalu diselipkan oleh orang tua setiap mengirim logistik ke tanah rantau. Sako-sako
adalah makanan dengan istilah Bima “ Peli Kai Loko” atau pengganjal perut
ketika lapar saat malam hari atau telat masak sepulang kuliah. Pokoknya
sako-sako adalah makanan murah meriah dan bisa tahan lama sebelum para
mahasiswa mengenal Mi Instan. Bahannya
adalah beras yang dulu ditumbuk halus dicampur kelapa kemudian digoreng tanpa
minyak. Ketika ingin memakannya tinggal ditambahkan gula secukupnya.
Pada
masa itu, ada teman kuliahku yang terkenal pelit. Tak perlu saya sebutkan
namanya. He he Kami tahu bahwa setiap bulan orang tuanya tetap mengirim
Sako-Sako untuknya. Pada malam hari dia belajar sendiri di kamarnya. Kami intip
lewat jendela, dia sedang makan sendiri sako-sako. Kami masuk ke kamarnya dan
mengajaknya bicara. Dia hanya diam. Kami tahu mulutnya sudah penuh dengan
sako-sako. Salah seorang teman memegang perutnya dan karena geli, mulutnya pun
mengeluarkan sako-sako. Sako-sako berhamburan di meja dan kami pun tertawa.
Itulah
salah satu kisah dan kenangan di tanah rantau bersama kue tradisional Mbojo
yang disebut Sako-Sako. Makanan ini tidak sekedar oleh-oleh untuk mahasiswa
Bima yang merantau kemana saja di negeri nusantara in, namun telah banyak
menyimpan memori indah, suka dan duka di tanah rantau. Saat ini sudah jarang
sekali, mahasiswa Bima yang mengkonsumsi Sako-Sako. Karena berbagai makanan dan
camilan sudah banyak beredar dan menjadi makanan favorit para mahasiswa Bima di
rantauan.
Penulis
: Alan Malingi
Post a Comment