 |
Tari Sampari |
Tarian tradisional Bima
untuk kaum pria, baik yang berasal dari Istana atau yang dikenal dengan Mpa’a
Asi maupun di luar istana, didominasi oleh tarian-tarian perang dan adu
ketangkasan. Rupanya spirit perjuangan mempertahankan harga diri, tanah air dan
bangsa mewarnai napak tilas tarian-tarian tradisional Bima khsusnya untuk
tarian pria. Almarhum Lalu Massir Q Abdullah mengemukakan bahwa tarian –tarian
untuk pria didominasi tarian perang karena dilatarbelakangi spirit La Mbila Ma
Kapiri Solor dalam misi ekspansi wilayah Bima. Spirit itu dilanjutkan oleh
Sultan Bima ke-2 Abdul Khair Sirajuddin dengan menciptakan berbagai tarian
tradisional Bima yang juga dilatarbelakangi oleh semangat perjuangan dan
patriotisme.
 |
Tari Soka |
Tarian klasik istana Bima
yang dimainkan oleh pria antara lain Tari Sere,Soka, Makka, Mihu, Kanja,
Manca,dan Lenggo Mone atau Lenggo Melayu. Di antara tarian tersebut, hanya tari
Lenggo Mone yang gerakannya lemah lembut dan tidak atraktif, karena tarian ini
dipersembahkan pada prosesi Acara Hanta UA PUA. Sedangkan tarian rakyat juga
didominasi tarian-tarian perang dan adu ketangkasan seperti Buja Kadanda, Mpa’a
Sampari, Mpa’a Peda atau Pedang, Gantao, Mpa’a Lanca(Adu Betis), Ntumbu atau
adu kepala, Mpa’a Parise, serta Mpa’a Ncala yang ada di wilayah Donggo.
 |
Mpa'a Pedang (Foto : Iwan Rasyidin) |
Tari Sere dimainkan oleh dua
orang prajurit dengan tombak dan diiringi tambur atau Tambo yang biasa
dilakukan untuk menyambut tamu. Soka adalah tarian perang dengan menggunakan
tombak yang penari dan penabuhnya berasal dari desa Sari Sape. Makka adalah
tarian heroic sebagai ungkapan kesetiaan kepada Sultan dengan mengancungkan
keris terhunus dan mengatakan Tas Rumae…. Wadu si ma tapa, wadu di mamb’a. Sura
wa’ura londo parenta Sara. ( Batu yang menghadang, batu yang akan pecah, jika
perintah pemerintah(atasan) telah ditunaikan). Mihu adalah gerakan tari tanpa
suara seperti pantomim. Kanja adalah tarian perang. Tarian ini diciptakan oleh
Sultan Bima ke-2 Abdul Khair Sirajuddin untuk mengenang kepiawaian dan
kelincahan La Mbila II atau Jalaluddin, perdana menteri pertama di era
kesultanan Bima sekaligus panglima perang kala itu. Tari Manca juga adalah
tarian perang yang menggunakan kapodo atau potongan kayu pendek untuk saling
menyerang.
Semua tarian rakyat seperti
yang tersebut di atas adalah tarian-tarian para kesatria yang gagah berana di
medan laga. Ada yang menggunakan senjata dan ada yang menggunakan tangan
kosong. Tarian yang menggunakan senjata tombak adalah buja kadanda. Tarian yang
menggunakan pedang adalah Mpa’a Peda atau mpa’a sila. Tarian yang menggunakan
keris adalah mpa’a Sampari. Tarian Gantao menggunakan tangan kosong. Lanca
menggunakan betis sebagai lambang kekuatan, dan Ncala menggunakan tombak.
Ntumbu adalah atraksi terunik dalam seluruh atraksi tarian tradisional Bima,
karena menggunakan kepala untuk saling menyerang dengan kepala.
 |
Mpa'a Gantao |
Dilihat dari ragam jenis
tarian tradisional Bima untuk kaum pria, menggambarkan bahwa orang Bima atau
Dou Mbojo adalah petarung-petarung sejati yang pantang menyerah dalam kondisi
apapun. Sejarah dan perang telah mewariskan sikap kesatria orang Bima untuk
terus tekun dalam berabagai bidang kehidupan. Semoga semangat juang yang telah
disimbolkan oleh berbagai tarian tradisional Pria Bima dapat ditularkan kepada
generasi kini dan akan datang tentang pentingnya perjuangan dalam mengisi
pembangunan di segala bidang.
Penulis : Alan Malingi
Post a Comment