Wisata Sejarah Ke Kamina
![]() |
Sigi Kamina |
Kamina
adalah nama yang unik. Nama ini terilhami dari proses penyiaran agama Islam di
tanah Bima. Kamina berasal dari kata Ka amina yang berarti yang pertama kali
mengaminkan atau menerima islam. Nama lain dari Kamina adalah Kalodu dan sampai
saat ini nama Kalodu lebih populer dari pada Kamina. Wilayah ini menyimpan
sejarah panjang tentang keberadaan sebuah masjid tanpa mihrab yang dibangun
oleh putera mahkota kerajaan Bima La Ka’i dan mubaliq dari Sulawesi pada tahun
1621 M.
![]() |
Menaiki Tangga menuju Sigi Kamina |
Masjid
Kamina terletak di Desa Kalodu Yang berjarak sekitar 75 km dari kota Bima. Desa
ini terletak di gugusan pegunungan Lambitu sebelah tenggara Kota Bima. Jumlah
Tiang masjid ini sebanyak 24 Tiang. Sedangkan Masjid kamina yang asli tiangnya
hanya satu buah, namun bercabang delapan
yang disebut dengan Nggusu Waru yang
kemudian menjadi filosofi delapan sendi kepemimpinan di tanah Bima. Konsep
Nggusu Waru pun menjelma pada bangunan bangunan di tanah Bima pada periode
selanjutnya dan juga merambah ke motif tenunan.
![]() |
Bersama Istri di Depan Papan Gapura Masjid Kalodu |
H.
Abdul Karim. Kepala Desa Kalodu mengemukakan, bahwa setiap malam jumat warga
sekitar menggelar ritual Ngaji Waru atau mengaji dengan anggotanya delapan
orang sebagai penjewantahan dari delapan orang yang mendirikan masjid tersebut
yaitu La Ka’i (Abdul Kahir),Manuru Bata( Sirajuddin) , La Mbila (Awaluddin) ,
dan Bumi Jara(Jalaluddin) dengan empat orang mubaliq dari Sulawesi. “ Delapan
orang duduk di setiap sudut tiang masjid dan melantunkan kitab suci Alquran.”
Urai H.Abdul Karim.
Masjid
Kamina dibangun kembali oleh Bupati Bima H. Ferry Zulkarnain, ST yang juga
Sultan Bima ke 16 di bekas reruntuhan masjid Kalodu di atas lahan seluas 2
hektar. Masjid tanpa mihrab itu dibiarkan terbuka seperti aula atau paruga nae
dengan tiang yang berjumlah 24 dan tetap bersegi delapan. Letak masjid Kalodu yang
berada di puncak gunung Kalodu sangat strategis untuk kegiatan wisata ziarah
dan kegiatan keagamaan. Namun sayang medan jalan yang cukup parah dengan
tanjakan dan tikungan yang berbahaya menyebabkan kunjungan ke masjid Kalodu
cukup sulit dijangkau. Warga sekitar sangat berharap adanya perbaikan sarana
jalan menuju Kalodu.
Penulis
: Alan Malingi
Post a Comment