Bendera Kerajaan Sanggar
![]() |
Penulis Berpose bersama Bendera Kerajaan Sanggar |
Bendera
kerajaan sanggar dan bendera perang yang dititip di museum NTB Bukti bertahannya peradaban Kerajaan Sanggar
sisa letusan Tambora 1815. Eksistensi
identitas nilai kebudayaan kerajaan sanggar layak diperjuangkan dan Setiap
kebuadayaan yang masih memiliki entitas(pendukung kebudayaan) itu Haruslah kita
membenarkan dan mengakuinya.
Salah satu peninggalan sejarah budaya
kerajaan Sanggar saat sekarang adalah bendera kerajaan Sanggar, bendera perang
dan bendera kerajaan. Bendera perang dan bendera kerajaan Sanggar keduanya
dititipkan di Museum Nasional Propinsi Nusa Tenggara Barat tertanggal,10
September 1981 dengan nomor register : 2574 warna kuning, 2685 warna merah dan
2575 warna hitam kebiruan. Penitipan bendera kerajaan Sanggar dititip oleh
H.Razak Aziz. Satu kebesaran serta perjuangan generasi muda yang tergabung
dalam Lembaga Penggerak Kemajuan Sanggar (LPKS) melakukan penelitian dan
pengembangan data-data keberadaan bendera kerajaan Sanggar, dengan data-data
dan sumber yang jelas melalui Museum Nasional Propinsi Nusa Tenggara Barat
berhasil menemukan kembali bendera kerajaan Sanggar tersebut 28
tahun lalu.
Untuk menambah referensi dan data
penelitian kami bermaksud mempertahankan keaslian bendera kerajaan
Sanggar. tergabung dalam Lembaga Penggerak Kemajuan Sanggar
berinisiatif membuat duplikat bendera kerajaan Sanggar. muspika kecamatan
Sanggar, adalah suatu peristiwa bersejarah dan disambut gembira oleh masyarakat
seiring dengan momen hari sejarah nasional Indonesia upacara detik - detik
Proklamasi 17 Agustus tahun 2008 Minggu jam10.30.WIT. Penyerahan duplikat
bendera kerajaan Sanggar menjadi polemik diberbagai kalangan masyarakat
Sanggar, Instansi Pemerintah Desa, Kecamatan (muspika) dan Pemerintah Kabupaten
Bima. Sehingga banyak kalangan menganggab isue - isue politik untuk memekarkan
Sanggar dan Tambora menjadi kabu-paten tersendiri. Fersi ini wajar
saja bagi kami untuk menilainya, tetapi penyerahan duplikat bendera kerajaan
Sanggar bukan suatu hal yang terpenting tetapi yang lebih utama satu keinginan
kami untuk mempertahankan eksistensi nilai-nilai budaya dan sejarah kerajaan
sanggar yang selama ini dianggap musnah oleh letusan gunung tambora tahun 1815
sebagai membuktikan bahwa kerajaan Sanggar benar - benar ada dan kami
berkeinginan mempertahankan nilai-nilai budaya dan bukti-bukti sejarah yang
dimanipulasi, bahwa benar ”Sanggar Bukan Bima”.
Karena intrik politik selama ini
seakan-akan kerajaan sanggar dibawah kendali kerajaan Bima dianggab
tidak sejajar, padahal Kerajaan Sanggar memiliki kesejajaran serta
sanggat berpengaruh dalam kebijakan politik colonial belanda, enam kerajaan di
pulau Sumbawa(Sanggar, Bima, Dompo, Sumbawa) hanya tiga yang
memiliki Distrik Residenst atau wilayah perwakilan pemerintahan Belanda sesuai
perjanjian plakat panjang dan plakat pendek yakni Distik Sanggar Distrik Bima,
Distrik Sumbawa. Penyerahan duplikat bendera kerajaan Sanggar disertai
pembacaan teks duplikat bendera kerajaan Sanggar oleh Abdul Kamil, S.Pd ahli
sejarah didampingi muspika. Setelah pembacaan
sinopsi selesai terpancar rasa bangga dan syukur terpancar di wajah
masyarakat sanggar yang hadir dalam upacara Proklamasi 17 Agustus
2008. Rasa syukur terimakasih kami sampaikan, kepada para penyelamat
bendera kerajaan Sanggar, terutama kepada kepala serta pegawai musium nasional
NTB yang menyusun membentuk kembali bendera kerajaan Sanggar yang hancur
walaupun bendera kerajaan Sanggar yang dititikan di museum nasional NTB selama
ini terjadi manipulasi di mana dalam pemberian
keterangannya bertuliskan bendera kerajaan Bima.
Keterangan ini sempat saya lakukan perdebatan dengan seorang pegawai museum
nasional NTB Ibu Saraswati pada hari Jumat,19 Mei 2008 di
ruang perpustakaan. Kami berharap agar
”meluruskan” keterangan sejarah kerajaan Sanggar. Sebab ”Sanggar
Bukan Bima”.
Penulis : As ad, S.Pd ( Lembaga Kearifan lokal Indonesia )
Post a Comment