Fantasi Gua La Hami
Tambora memiliki areal lereng yang beragam. Di bagian barat lereng
tambora mulai dari Desa katupa kecamatan Tambora kabupaten Bima sampai di
Calabai Kecamatan Pekat kab. Dompu adalah lereng Hutan lebat. Di bagian timur
lereng Tambora desa Piong, Desa Oi Saro Kecamatan Sanggar kabupaten Bima sampai Hodo Kecamatan Kempo kabupaten Dompu adalah hutan stepa atau
padang rumput. Di sekeliling gua La Hami terdapat padang rumput yang luas.
Padang Rumput yang hijau ini dapat dinikmati keindahannya pada bulan January
sampai pada bulan Juni. Dan padang rumput akan kekuning-kecoklatan pada bulan
Juli sampai September dan bulan September sampai Desember padang rumput kadang
dibakar karena masyarakat yang berburu dan pencari madu beralasan dengan
membakar padang rumpur yang luas memudahkan merekan mendapatkan hewan buruan
dan lebah madu.
Fantasi keindahan disekeling gua ini sangat ditentukan oleh musim
bulan-bulan tertentu. Tentu bagi para penikmat keindahan alam disekeliling gua
dengan warna hijau harus memasuki bulan January samapai bulan Juni, untuk warna
kuning kecokelatan harus memasuki bulan Juli - September, dan ingin melihat
padang yang gersang seakan- akan kita
berada di padang Afrika harus memasuki bulan Oktober-Desember. Di sekiling Gua
La Hami selain padang rumput terdapat vegetasi tumbuhan sebagai ciri khas yang
tumbuh dilereng gunung Tambora bagian timur. Tumbuhan ini dengan tinggi rata 3
meter sampai 5 meter miliki ciri-ciri daun seperti daun asam, dengan tangkai
kayu yang keras dan padat dengan batang menyerupai batang pohon jambu biji.
Buah pohon ini bulat ukuran 14 mili sampai 20 mili, dalam lingkaran buah pohon
ini terdapat 6 ruas, jika matang berwarna kekuning kecoklatan, dan buah muda
hijau kekuningan. Buah pohon ini mengandung 5 rasa yakni pahit, manis, asam,
perih, sipet. Buah pohon ini memiliki tektur daging yang keras mengandung
sedikit air. Buah ini pada umumnya digunakan oleh pemburu dan pencari madu
untuk mengatasi rasa haus selama perjalanan. Buah ini juga masyarakat disekitar
lereng Tambora khususnya suku Kore di kecamatan Sanggar memanfaatkan buah ini
sebagai obat pelangsing dan diabetes.
Buah ini selain bermanfaat bagi
manusia juga sanggat disukai oleh Menjangan yang menjadi buruan masyarakat.
Pohon ini akan mulai berbuah pada bulan Pebruary dan matang bulan Juni sampai
Setember. Dan masyarakat suku Kore di lereng Tambora menamainya “Wua Sarume
Mayong” (Buah Cermen Menjangan). Menjangan yang makan buah cermen ini
memiliki tekstur daging yang lunak renyah dibandingkan dengan hasil buruan di
daerah lain yang tidak memilki vegetasi tumbuhan jenis ini. Hal ini terbukti masyarakat suku Kore di lereng Tambora
membandingkan dengan hasil buruan di wilayah daerah
lain. Selain jenis tumbuh-tumbuhan panorama lain di sekeliling gua
La Hami ini ratusan dan ribuah Sapi dengan Kerbau menghiasi padang Safana. Ribuan Sapi, Kerbau dan kuda yang ada di areal pelepasan
ternak yang mencakup Wilayah So Sangari Toi, So Lenggon, So Sangari Nae, So
Moti Toi, So Labu Nae, So Oi Na`A , So Labu Bili, So Dore Sambi Katupa, dan So
Sera Kara Katupa. Sembilan lokasi/areal(so) pelepasan terak di lereng Gunung
Tambora wilayah Kecamatan Sanggar dan Kecamatan Tambora Kabupaten Bima-NTB ini, dijadikan areal pelepasan
ternal terbuka umum di berbagai kecamatan di kabupaten Bima dan Kota Bima bahkan sengaja didatangkan dari kabupaten Sumbawa.
Tradisi pelepasan ternak di padang safana Lereng Tambora ini, merupakan tradisi
turuntemurun merupakan satu-satunya tradisi masyarakat yang masih bertahan
sejak masa kerajaan Sanggar. Tradisi ini adalah nilai kearifan local penting
yang kini menjadi perhatian khusus dari Lembaga Kearifan Lokal Indonesia
(LKLI), terutama mengenai keberadaan wilayah Ulayat atau Wilayah Adat yang ingin
dikuasai sepihak dari PT. Sanggar Agro.
Gua La Hami
terletak di Desa Piong Kecamatan Sanggar Kabupaten Bima. Gua La Hami ini
masyarakat menyebutnya “Gua LabunaE”. Karena gua ini berada di lokasi LabunaE
merupakan areal pelepasan ternak Masyarakat Adat Kearifan Local
Sanggar-Tambora. Gua La Hami dengan jarak sangat dekat dengan jalan Lintas
Propinsi menuju Kecamatan Tambora. Jarak gua La Hami dari jalan ± 250 meter. Untuk menuju ke
lokasi gua ini biasa menggunakan roda empat dan roda dua. Bagi pengguna roda
dua biasa langsung digunakan kendaraanya haya 150 meter dari gua dan kemudian
dianjurkan dengan berjalan kaki agar panorama
dan kehidahan serta habitat yang ada di sekeliling gua tidak terganggu dan
tetap terjaga kelestariannya.
Gua La Hami ini memiliki habitat terpola dan umumnya tidak menentu
berdasarkan respond iklim dan cuaca. Gua La Hami ini terbentuk horizontal
terbuka dengan zona gelap, semi selap dan terang. Karena gua ini bersifat
terbuka dalam arti gua ini tidak memiliki kesulitan untuk melewati atau
memasuki mulut gua umumnya habitat-habitat yang ada di sekitar gua pasti
memanfaatkan sebagai perlindungan dari cuaca, perlindungan dari predator dan
pemangsa predator lainya di dalam gua. Habitat yang sewaktu-waktu tidak menentu
seperti lebah madu pohon, Babi hutan, menjangan, sapi, kuda, anjing hutan,
musang, monyet. Sedangkan habitat-habitat terpola dengan sifat gua seperti burung hantu, kelelawar kecil, seriti sarang tana.
Gua La hami ini memiliki habitat terpola kareana mengikuti pola gerakan yang
sifatnya gelap, semi gelap dan terang. Habitat
berada di zona terang seperti Lebah madupohon dan burung Hantu. Di zona semi
gelap gua La Hami habitatnya Kelelawar kecil, seriti tanah. Sedangkan zona
gelap habitat di gua La Hami ini seperti Biawak dan Ular,
Kalajengking berwarna hitam bercaping besar.
Gua La Hami
berbentuk horizontal piramid kuba masjid dan pintu masuk gua membentuk setengah
lingkaran. Gua La Hami berbeda dengan gua pada umummnya. Pada umumnya gua itu
terbentuk di bawah dataran rendah atau gua di bawah permukaan seperti aliran
sungai bawah tanah, dan pinggiran pantai karena abrasi. Gua La Hami ini adalah
gua yang terjadi di atas dataran tinggi perbukitan Lereng Tambora, sehingga
ketika menuju gua ini harus melewati dataran rendah menuju daran tinggi. Dan di
atas gua La Hami ini di sekelilingnya terlihat keindahan pantai sampai keteluk
Sanggar. Selain teluk Sanggar dari kejauhan kita dapat melihat Gunung Sangiang
ujung Kabupaten Bima Kecamatan Wera. Untuk para caving yang sempat bermalam
berkemah di atas bukit gua ini, pasti akan keesokan pagi menikmati fajar atau
mata hari terbit. Suasana di pagi hari, sinar mata hari menyinari keindahan
padang Safana yang hijau. Di sebelah barat dan utara laut terdapat aliran
sungai yang melingkari perbukitan gua, dan aliran sungai ini merupakan
tantangan yang menarik bagi para pecinta Caving(gua). Bagi Para wisatawan yang
berminat dan hoby susur gua dapat mengunjungi gua.
Penulis : As ad, S.Pd ( Lembaga Kearifan Lokal Indonesia )
Post a Comment