Kenangan Bersama My Truk My Adventure
Itulah
slogan baru yang dilontarkan Tim Lawatan Sejarah NTB 2015 yang melintasi jalan di dusun Pancasila
menuju desa Oi Bura ketika menggunakan truk. Sudah berpuluh
tahun, akses jalan yang menghubungkan dusun Pancasila Desa Tambora Kabupaten
Dompu dengan Desa Oi Bura Kecamatan Tambora Kabupaten Bima masih rusak parah.
Jalan tanah berbatu dan berdebu sepanjang 15 Km itu ditempuh selama 1 jam dan
menjadi akses penting menuju Situs dan Pesanggrahan Tambora. Karena jalur yang
rusak parah, maka para pendaki dan pengunjung harus menyewa motor Ojek dengan
biasa sebesar lima puluh ribu rupiah.
Disamping motor ojek,akses menuju Oi Bura hanya bisa dilakukan dengan mobil dengan ban besar seperti truk dan Hartop karena kondisi jalan yang berdebu dan berlubang. “ Tim Lawatan Sejarah menggunkan Truk dari Pancasila menuju OI Bura. “ Kisah salah seorang peserta lawatan sejarah dari Bima.
Di aliran sungai yang menjadi batas wilayah Kabupaten Dompu dan Bima, kondisi Jembatan kayu sudah tidak bisa digunakan lagi karena sudah ambruk. Kendaraan terpaksa terjun ke sungai sebagai akses satu-satunya melintasi turunan dan tanjakan yang terjal itu. “ Untung sungainya kering di musim kemarau, sehingga truk yang kami tumpangi bisa melintas. “ Tutur Munira, pelawat sejarah asal Sumbawa.
Dusun Pancasila dan Desa Oi Bura adalah dua tempat yang kini menjadi obyek kunjungan dan menjadi pusat kegiatan dan event yang berkaitan dengan Tambora. Dusun Pancasila menjadi tempat awal dan peristirahatan para pendaki sebelum melakukan pendakian Tambora. Di dusun inilah para pendaki melakukan registrasi sebelum pendakian. Sedangkan Desa Oi Bura Kecamatan Tambora Kabupaten Bima adalah kompleks tersebarnya situs peradaban Tambora. Disini juga terdapat kompleks kebun kopi dan pesanggarahan Tambora serta bekas pabrik Kopi Tambora di masa silam.
Sudah saatnya Pemerintah Daerah baik Pemprov NTB, Kabupaten Bima dan Dompu memperbaiki jalur ini untuk mempermudah akses menuju lokasi situs-situs Tambora. Menuju Situs Tambora dengan menggunakan Truk menegangkan dan cukup berbahaya. Para pelawat sejarah sangat berharap akses itu diperbaiki.
Penulis : Alan Malingi
Post a Comment