Sarung Untuk Calon Suami
![]() |
Gadis Sangiang sedang menenun ( Foto Fifqi BJJ) |
Kaum
perempuan di desa Sangiang kecamatan Wera kabupaten Bima menghabiskan waktu
senggang dengan menenun. Setiap kolong rumah selalu kita temui kaum perempuan
menenun. Bunyi alat tenun bersahutan dari satu kolong ke kolong lainnya.
Sungguh sebuah irama kearifan menjaga tradisi leluhur. Ada satu tradisi unik
yang telah lama digeluti kaum perempuan di desa ini yaitu tradisi Muna Cepe
Rahi. Muna berarti menenun. Cepe secara harfiah berarti pengganti atau
mengganti. Sedangkan Rahi adalah suami. Jika diterjemahkan secara utuh, maka
Muna Cepe Rahi adalah menenun sebagai pengganti suami. Tetapi maksud dan tujuan
yang tersirat dari tradisi ini adalah menenun dan menyiapkan sarung untuk calon
suami. Hal ini biasa dilakukan oleh para gadis yang akan menikah.
Ketika
lamaran pihak calon mempelai pria diterima, maka seorang gadis sudah mulai
menenun sarung untuk dipersembahkan kepada calon suami atau keluarga calon
suami. Tradisi pemberian sarung ini biasanya dilaksanakan pada saat acara pengantaran
mahar. Sarung yang ditenun untuk dipersembahkan kepada keluarga calon suami
tentu sesuai kemampuan tenun si gadis. Hj. Maisyah di dusun Sarae desa Sangiang
mengemukakan, si gadis menenun sarung dibantu juga oleh gadis-gasi lainnya.
Tokoh
masyarakat Sangiang, H. Adlan, S.Pd mengemukakan persembahan sarung untuk calon
suami dilakukan secara sukarela dan menjadi niat keluarga calon pengantin
wanita, apalagi calon suaminya berasal dari luar kampung. “ tradisi ini sudah
turun temurun dilakukan dan tidak enak jika kami tidak mempersembahkan sarung
sebagai oleh-oleh untuk keluarga calon pengantin pria. “ Tutur pengusaha sukses
dan anggota DPRD Kabupaten Bima ini.
Misalnya
mahar yang dibawa oleh keluarga calon pengantin pria sebesar Rp. 20 juta, maka
calon pengantin wanita dan keluarganya menyiapkan minimal 20 lembar sarung.
Tetapi jumlah itu tergantung kemampuan dan keadaan. Tetapi persembahan sarung
untuk calon suami adalah tradisi yang telah menjadi kewajiban bagi calon
pengantin wanita berapa pun jumlahnya.
Tradisi
Muna Cepe Rahi mengandung tata nilai tentang kebersamaan dan saling menghargai
serta mempererat tali kekeluargaan di antara dua keluarga yang akan disatukan
dalam ikatan suci. Ikatan pernikahan menuju keluarga sakinah,mawaddah dan
warrahmah. Perempuan Sangiang telah melakoni tradisi luhur dalam
mempersembahkan pengorbanan dan kesetiaan terhadap suami dan keluarganya.
Penulis
: Alan Malingi
Post a Comment