Balada Seniman Ladang
Arsyad dan Siti Maryam
adalah seniman tradisi yang tidak terdaftar dalam sanggar seni manapun di kota
Bima. Mereka adalah seniman Sagele yang hanya mendapatkan upah dari setiap
acara sagele warga di lereng lereng perbukitan di pinggir kota Bima seperti di Jatibaru,ncai
kapenta,Lelamase, Rite, Ndano Nae dan sekitarnya. Seniman tradisi memang tidak
hanya berkecimpung di sanggar sanggar seni, namun masih banyak mereka yang
berada di garis luar dan menjadi seniman freelance ketika musim tanam tiba.
Ketika warga menanam,
mereka panen orderan dengan upah Rp.200.000. Tapi ketika warga panen mereka
mulai paceklik karena saat panen tenaga mereka sudah tidak dibutuhkan lagi.
Untuk memenuhi kebutuhan hidup,mereka kerja serabutan menunggu masa tanam
berikutnya. “ Namun saat ini, sudah tidak banyak warga yang melakaanakan
Sagele.warga sudaj banyak yang nemilih menanam seperti biasa. Warga sudah
enggan mengeluarkan biaya tambahan untuk menyewa seniman Sagele.” Tutur Arsyad
di celah open trip Sagele yang digelar Komunitas Makembo Minggu, 11 Desember
2016. Arsyad menuturkan, hanya warga
tertentu yang saat ini masih menggelar prosesi menanam dengan Sagele.
Kemungkinan besar di tahun tahun mendatang Sagele tinggal kenangan.Arsyad dan
Siti Maryam pun pensiun.
Tetapi di beberapa
wilayah, seperti di Ndano Nae,Ambalawi,Lelamase,Wawo l,sambori dan sekitarnya,
Sai,Sampungu, tradisi arugele maupun sagele masih bertahan.Tetapu sekali lagi,
tidak tertutup kemungkinan Sagele akan mulai ditinggalkan di masa masa
mendatang. Atau Sagele akan berubah bentuk misalnya dengan menggunakan Tip
recorder dengan lagu lagu dangdud sebagai pengiring dan penyemangat kerja
seperti yang saya jumpai di Sambori dan beberapa wilayah lainnya. Tip recorder
kecil mereka bawa dan menemani kegiatan menanam dan panen warga.
Mari kita satukan ide
dan gagasan menyelamatkan Tradisi Sagele dan naungi para seniman Tradisi dengan
aksi nyata,bukan hanya di meja dan forum diskusi.
Penulis : Alan Malingi
Post a Comment