Jalan Panjang Nggahi Mbojo
Nggahi Mbojo atau bahasa Bima sesungguhnya telah
mengalami perjalanan yang panjang. Di hambaran alam ujung timur pulau Sumbawa
ini sesungguhnya telah berkembang beberapa bahasa yang saat ini telah menjadi
bahasa Minor dan bahkan punah. Salah satu yang bisa dikatakan punah adalah
Nggahi Koloa tau Bahasa Kolo yang dituturkan oleh kelompok masyarakat di
pesisir kelurahan Kolo Kota Bima dan sekitarnya. Bahasa Kore pun yang pernah
Berjaya bersama peradaban kerajaan Sanggar kini bisa dikatakan punah, meskipun
ada beberapa orang yang kini aktif menghimpun kembali kosa katanya lewat
penuturan para tetua dan Rawa Kore yang kini juga diambang kepunahan.
Nggahi Mbojo atau bahasa Bima
yang kini dituturkan oleh mayoritas masyarakat di Bima, Dompu, dan beberapa
wilayah di Manggarai –NTT sesungguhnya adalah bahasa Bima Baru. Bahasa ini
kemudian menjadi bahasa ibu bagi masyarakat Bima, sedangkan masyarakat pemakai
bahasa Bima lama menggunakan bahasa Bima baru ini sebagai bahasa pengantar
ketika mereka berinteraksi dengan masyarakat di luar komunitasnya.
Bahasa Bima dikelompokkan dalam 4
kelompok bahasa yaitu bahasa Donggo, Bahasa Tarlawi, Bahasa Kolo dan Bahasa Bima
Baru sebagaimana disebutkan di atas. Bahasa Donggo dituturkan oleh masyarakat
Donggo Ipa atau masyarakat di sebelah barat teluk Bima yang meliputi desa
Doridungga, Kananta, Padende, Palama, O’o, Kala, dan Mbawa. Bahasa Tarlawi
digunakan oleh masyarakat Donggo Ele yang bermukim di lereng gunung Lambitu dan
sekitarnya yang meliputi Sambori, Tarlawi, Teta. Kuta dan Kalodu. Bahasa Kolo
dituturkan oleh masyarakat di pesisir Kolo dan sekitarnya. Dan Bahasa Bima baru
adalah bahasa yang hingga saat ini dituturkan oleh masyarakat Bima.
Zollinger dan Raffles pernah
menemukan aksara Bima dan huruf Bima yang mereka sebut dengan Nggahi Mantoi.
Dan berkat kegigihan Ibu Dr. Hj. Siti Maryam Salahuddin Aksara Bima akhirnya
ditemukan kembali dan sudah dibukukan. Sementara Prof. Mahsun telah membagi
dialektika Nggahi Mbojo menjadi 4 dialek yaitu Dialek Serasuba, Wawo, Kolo dan
Kore.
Menurut tingkatannya, Bahasa Bima dibagi dalam 3 tingkatan bahasa yaitu Bahasa Istana/Halus, Menengah dan bahasa sehari-hari atau kasar. Istana Bima memiliki pakem bahasa sendiri yang dipergunakan di kalangan istana dan kaum bangsawan, sedangkan kalangan menengah dan rakyat biasa menggunakan bahasa Bima sebagaimana yang berkembang saat ini. Berikut beberapa contoh tingkatan bahasa Bima yang saya kutip dalam Buku H. Abdullah Tayib, BA Sejarah Bima Dana Mbojo.
Istana Menengah Rendah Indonesia
Tando Ngaha Hoba/lohira’a Makan
Otu Maru Maba Timba Tidur
Mbora Made Made Ncaki Wafat
Kalende Loko Wosa/balase Perut
Lolu honggo Bulunao Rambut
Ilo Mada isi Mada Mata
Selanjutnya Muslimin Hamzah
menguraikan tentang status Bahasa Bima dan perjalanan panjang perkembangan Bahasa
Bima yang dikelompokkan dalam rumpun Bima Sumba atas penelitian berbagai ahli
lingusitik seperti Dr. Syamsuddin AR, Brandes Jonker (1884), Esser, Diyen dan
Fernandes. Esser mengakui bahwa eksistensi kelompok Bima - Sumba dalam 17
kelompok bahasa. Sedangkan hasil penelitian Syamsuddin Kelompok Bahasa
Bima-Sumba terdiri atas tiga sub kelompok yaitu Bima-Komodo, Sub Kelompok
Bahasa Manggarai,Ngada dan Lio, dan ketiga Sub kelompok Bahasa Sumba dan Sawu.
Sekitar 3500 tahun silam, orang-orang di pulau Komodo dan sekitarnya
menggunakan Bahasa Bima dan pada perkembangannya Bahasa Bima tidak lagi
dituturkan.
Sebuah bahasa bisa dikatakan
dialek dari bahasa induknya apabila prosentasi kemiripan lebih besar yakni 81
hingga 100 porsen. Tetapi jika prosentasenya kecil yakni di bawah 80 porsen
maka bahasa tersebut menjadi bahasa yang mandiri ( Muslimin Hamzah, 201).
Bahasa Bima atau Nggahi Mbojo
bisa dikatakan bahasa yang tua dan telah mengalami berbagai perkembangan
status. Akankah bahasa ini terus menjadi pemersatu dan perekat hubungan di
antara para pendukung dan penuturnya ? atau akan hilang sebagaimana bahasa Kore
dan Kolo serta bahasa-bahasa lainnya di dunia yang kini juga telah sirna ? Mari
lestarikan Nggahi Mbojo.
Penulis : Alan Malingi
Sumber
:
1. H.Abdullah Tayib, BA, Sejarah Bima Dana Mbojo
2. Muslimin Hamzah, Ensiklopedia Bima
1. H.Abdullah Tayib, BA, Sejarah Bima Dana Mbojo
2. Muslimin Hamzah, Ensiklopedia Bima
Post a Comment