Membedah “Kalembo Ade”
Kalembo Ade berasal dari dua kata
yaitu kalembo dan Ade. Kata Kalembo sesungguhnya berasal dari kata Ka dan
Lembo. Lembo berarti lapang dan luas. Sedangkan Ade adalah hati atau dada. Kata
lembo, setelah mendapatkan imbuhan ‘Ka’ menjadi melapangkan atau membuat
menjadi lapang. Imbuhan awal Ka pada beberapa kata Bahasa Mbojo sama dengan imbuhan
Me dalam bahasa Indonesia.
Beberapa contoh imbuhan Ka dalam
bahasa Mbojo yaitu Dese yang berarti tinggi, jika mendapatkan imbuhan Ka
menjadi kadese yang berarti meninggikan. Londo berarti turun, Kalondo berarti
menurunkan. Midi berarti diam, kamidi
berarti mendiamkan atau menghentikan. Ada juga imbuhan ka yang tidak sesuai
ditempatkan pada beberapa kata dalam bahasa Mbojo yaitu Ampa atau menaikan.
Kata ini tidak cocok diberikan imbuhan Ka, karena kata Ampa adalah kata kerja
yang langsung berarti mengangkat.
Kata ‘Lembo’ sering juga dipake
untuk seseorang yang memiliki Fiko atau telinga yang besar yang dalam bahasa
Mbojo disebut “ Lembo Fiko”. Dalam pergaulan sehari-hari sering diungkapkan “ Lembo fiko ku ringa haba ede “ (
lapang telingaku mendengar kabar itu) ungkapan itu berarti senang mendengar
berita atau kabar itu. Disamping itu, kata “lembo” sering digunakan untuk
mengungkapkan luasnya samudera dengan kalimat “ Moti ma lembo “ laut yang luas
dan lapang.
Secara harfiah Kalembo Ade berarti
melapangkan hati atau melapangkan dada atau meluaskan hati atau dada. Namun dalam berbagai komunikasi dan pergaulan
di masyarakat, kalembo ade menyentuh berbagai aspek ungakapan dalam pergaulan
masyarakat Mbojo. Ketika seorang tamu mengunjungi rumah seseorang, maka pada
saat menyuguhkan makanan dan minuman, pemilik rumah mengucapkan kalembo ade
atas suguhan yang diberikannya kepada tamu agar tamu maklum atas kesederhanaan
menu yang disajikan, meskipun menurut tamu, suguhan itu sungguh luar biasa
lezatnya.
Ketika seseorang mendapatkan
musibah, maka saudara dan kerabatnya mengucapkan kalembo ade untuk menghibur
dan menenangkan hati saudaranya. Ketika seseorang hendak berpergian atau
merantau atau pergi untuk sesuatu keperluan, maka orang tua atau sanak saudara
dan kerabat mengucapkan Kalembo Ade sebagai ungkapan motivasi. Demikian pula
sebaliknya, seseorang yang berpergian menitipkan Kalembo Ade kepada yang
ditinggalkan. Ketika seseorang membantu saudara dan kerabatnya dengan uang atau
barang dan bantuan itu tidak sesuai dengan yang diminta, maka ia mengungkapkan
kalembo ade. Lalu dijawab “ Kalembo ade sama-sama” ( Sama-sama melapangkan
dada). Seorang yang memberikan uang atau beras kepada pengemis juga mengucapkan
Kalembo Ade kepada si pengemis.
Kadang dalam beberapa kesempatan,
warga Mbojo hanya menyebut Lembo Ade untuk mengungkapkan bela
sungkawa,memotivasi, dan menuntun saudaranya untuk bersabar. Di kalangan istana
Bima juga sering diungkapkan nasihat lembo ade dengan untaian kalimat “ Lembo Ade Paja Sara, Su’u Sawa’u Sia
Sawale. ( Lapang dada lah dalam menjalankan luasnya perintah junjung tinggi
amanah ). Paja juga berrti lapang dan luas. Sara berarti perintah kerajaan atau
pemerintah kerajaan bersendikan hukum adat dan agama islam. Su’u berarti menjunjung, sedangkan Sia Sawale
berarti garam dalam jumlah satu junjungan.
Ungkapan Su’u Sawa’u Sia Sawale sangat erat
kaitannya dengan Kalembo Ade yang memberikan nasehat kepada seseorang untuk
mengambil peran dan amanah sesuai dengan kemampuan. Dengan kata lain, ungakapan
itu memberikan peringatan bahwa kita harus mengemban amanah yang betul-betul
dapat dijalankan dan tidak serakah serta haus kekuasaan. Karena amanah itu akan
dipertanggungjawabkan dunia dan akhirat kepada sesama manusia maupun Sang
Khalik.
Kalembo Ade bukanlah ungkapan
spontan dan instan. Kalembo Ade telah
meng-kristal dalam sendi kehidupan masyarakat Mbojo sejak berabad-abad silam.
Kalembo Ade lahir, dibesarkan dan dipelihara dalam tutur dan sikap hidup
masyarakat Bima dari tanah,air,angin dan api kehidupan masyarakat Bima. Kalembo
ade terilhami dari toografi wilayah Bima yang bergunung-gunung, berbukit-bukit,
berlembah dan dikelilingi oleh laut yang luas membentang.
Kalembo Ade telah menjadi sikap dan
semangat hidup masyarakat Bima yang dikenal ulet, gigih, dan pantang menyerah
dalam berusaha dan berjuang. Di tanah rantau, spirit kalembo ade telah melahirkan
generasi Mbojo yang cerdas dan disegani. Di Dana Mbojo, sikap dan semangat
Kalembo Ade telah melahirkan generasi yang juga ulet dan gigih berusaha dan
bekerja disertai sikap sabar dan lapang dada menerima berbagai cobaan dan
godaan hidup.
Namun saat ini, Sikap Kalembo ade
terus mengalami degradasi dan penggerusan dimana-mana. Generasi Kalembo ade
sudah tidak lagi memiliki kelapangan hati. Amarah dan benci diluapkan dalam
bentuk kekerasan,pembunuhan sadis, perkelahian antar kampung, tawuran dan
saling menghujat. Ungkapan Kalembo ade yang dititipkan para tetua untuk saling
menngingatkan, sabar dan tabah serta pemaaf, telah digantikan dengan benci dan
dendam.
Kalembo Ade yang berarti lapang
dada dan sabar adalah perintah Alqur’an. Ada 103 ayat dalam Alquran yang menyuruh
manusia untuk bersabar. Secara
umum sabar ialah kemampuan atau daya tahan manusia menguasai sifat yang
destruktif yang terdapat dalam tubuh setiap orang yaitu hawa nafsu. Menurut
Al-Ghazali sabar yang dimaksud dalam istilah agama Islam adalah teguh dan tahan
menetapi pengaruh yang disebabkan oleh agama untuk menghadapi atau menentang
pengaruh yang ditimbulkan oleh hawa nafsu.
Kalembo ada yang telah menjadi tauladan sikap manusia Mbojo pada
masa lalu hendaknya diaktualisasikan kembali pada saat ini untuk meredam sikap
dan tindakan destruktif yang dilakukan oleh sebagian kecil masyarakat. Kalembo
Ade yang telah lama menjadi tata karma pergaulan dalam masyarakat perlu terus
disosialisasikan dalam berbagai kesempatan sehingga ungkapan dan sikap Kalembo
Ade senantiasa tercermin dalam tata kehidupan manusia Mbojo kini dan akan datang.
Mari Menjadi Manusia Yang Lembo Ade.
Penulis : Alan Malingi
Sumber :
1.
Al-Ghazali, Mau’izatul Mu’minin, terj.
(Bandung : Diponegoro, 1975), hlm. 904.
2.
Al-Ghazali, Ihya ‘Ulumuddin, Juz IV, (Kairo :
Khalb Wahyu Syarakah,1975), hlm
Post a Comment