Kambata, Senandung Para Kesatria
![]() |
Para pelantun Kambata Di Desa Nggelu Bima |
Bima kaya akan sastra dan tradisi
lisan. Mungkin publik hanya mengenal
patu dan rawa Mbojo sebagai sastra lisan yang umum diketahui. Patu dan Rawa
Mbojo hanyalah bagian kecil dari belantika sastra lisan Mbojo yang pernah
mengisi kehidupan kesusastraan Mbojo.
Disamping Patu atau pantun, pada masa lalu masyarakat Mbojo telah
mengenal berbagai jenis puisi dan syair
seperti Kande, Kandinga, Temba, Olo, Kalero, Kasaro, Sasero, Rindo dan
senandung-senandung kehidupan seperti di Sambori.
Salah satu senandung yang kini
sudah langka adalah Kambata. Kambata adalah senandung dengan syair yang berisi
semangat juang ( Patriotisme). Pada masa
lalu, Kambata dilantunkan oleh Para Ncuhi untuk memberi semangat juang ketika
menghadapi musuh. Kambata diucapkan secara serentak berupa teriakan yang
teratur dan berirama (Anwar Hasnun, Makna Dan Fungsi Puisi Bima, Hal 109). Sementara
Almarhum Arsyad Muhammad mengemukakan setiap Ncuhi masing-masing berusaha mempertahankan
kedudukan dan saling bersaing memajukan daerahnya, bahkan sampai terjadi
peperangan.
Momentum Kemah budaya dan
pendokumentasian tradisi Tumba di desa Nggelu kecamatan Lambu bersama Komunitas
Majelis Kebudayaan Mbojo pada tanggal 13-14 Mei 2017 membuka misteri
penelusuran saya selama hampir tiga tahun terhadap apa dan bagaimana senandung
Kambata. Meskipun sampai saat ini saya belum mampu menulis kembali senandung
yang dinyanyikan oleh keturunan pemegang Tumba di Nggelu, namun saya telah
mampu membuat perbadingan senandung Kambata di Nggelu dengan referensi yang
saya dapatkan di buku Makna Dan Fungsi Puisi Bima Karya Anwar Hasnun yang
diterbitkan pada tahun 2008 oleh Data Media, hasil penelusuran dan wawancara
yang intens dengan budayawan Bima asal Donggo Bapak Arsyad Muhammad (alm) pada
tahun 1979.
Tentunya, pada sekitar tahun 1970
an hingga 1980, Kambata mungkin saja masih sering didengar dan disaksikan oleh
masyarakat. Namun seiring perjalanan waktu, senandung para kesatria Mbojo ini
kini sudah mulai langka. Sebuah kebanggan bahwa di Nggelu tradisi ini masih lestari. Dari segi bunyi, senandung
Kambata di Nggelu hampir sama dengan senandung Bela Leha di Sambori dan
desa-desa sekitar lereng Lambitu. Dalam setiap bait, senandung Kambata di
Nggelu menyebut “ Bela Leha, Bela lehaya…” yang jika diterjemahkan berarti ayo
teman. Bela adalah Teman. Namun dalam beberapa senandung yang diucapkan secara
spontan oleh keturunan pemegang Tumba sulit untuk disalin kembali karena para
penyanyi Kambata tidak mengingat lagi apa yang mereka nyanyikan itu.
Berikut kutipan senandung Kambata dalam buku Makna Dan Fungsi
Puisi Bima.
Hei ana dou mone
Lenga woro wau rasa nuruna banawa
Naou ita maedera hidi
Ai na ita di mori
Mori ede dimakandu made
Waura wara dei hela langi
Ake ru paruga di toja kai dou mone
Maumbu weki dei made
Aina cili weki
Babotakai salampe
Pori randeumu ele raba ratumbu rere
Racolakai salaka
Nuri ade saroga malosa
Ntanda Ndiha ari Lare
Waura wara ndiha dou mone
Siara mboto
Amania mamonca
Hayo…..Hayo…. Hayo bela…..hayo hayo
hayo bela
Aina mbali mbua ademu
Aina mbali mbua
Eli ade Lambui katari
Rakasi ba karawi aina ngena rundu
Watipu made watisi ou ba made
Ilana made aina turu made
Akedu amba malanda balanja nawa
Hayo…..hayo….bela…..hayo….hayo,hayo,hayo
( Sumber : Arsyad Muhammad Kasi
Kebudayaan Bima Tahun 1979 )
Terjemahan Bebas :
Hai laki-laki
Kematian merupakan takdir
Memanggil kita setiap saat
Jangan sia-siakan hidup
Hidup dan mati
Sudah ada di antara langit
Inilah Arena tempat permaianan Sang Lelaki
Yang pasrah diri pada kebatian
Yang dipakaiakan selendang
Dilampaikan selampai
Beruntung mandi di bendungan yang ditimbun dengan kesabaran
Yang ditalangi perak
Suara nurani pancaran surge
Disaksi bersama di Lare-Lare
Ada keramaian Sang Lelaki
Untuk menggalang kekuatan
Laki-laki perkasa
Hidup teman….hidup teman
Jangan ragu hatimu
Jangan ragu
Bulatkan niatmu (Semangat)
Mendapatkan pekerjaan jangan tunggu perintah
Belum mati bila belum ajal
Tak akan mati bila belum waktunya
Ini laki-laki yang siap mempertaruhkan nyawa
Hidup teman…………..hidup teman………..hidup
Sumber Pustaka : Anwar Hasnun, Makna Dan Fungsi Puisi Bima, Datamedia, 2008
Penulis : Alan Malingi
Post a Comment