Melirik Tradisi Olo Di Teluk Waworada
Kesenian OLO hidup
bersama Keindahan Teluk Waworada.Kesenian olo adalah tradisi berbalas pantun.
Pada zaman dulu Olo dilakukan di Tanjung Langgudu.Olo digelar setiap purnama ke
14 dan 15. Muda mudi desa Karampi dan desa desa lainnya di pesisir Teluk Waworada
berbondong menuju Tanjung Langgudu yang berjarak 12 kilometer. Kalau dari
karumbu memakan waktu 3 jam penyebrangan dalam ayunan ombak Teliuk Waworada. Muhtar, salah seorang warga Karampi
mengemukakan bahwa Olo memiliki nada tersendiri. “ Ada 4 nada dan jenis pukulan
yang dimainkan dengan memukul Kentongan yaitu Danda Wawo, Karete, kadodi, Tonji
Tauwaga. dan Lampa Karunbu.” Ungkap Muhtar.
Olo secara harfiah
berarti mencabut atau melepaskan.Jadi Olo adalah melepas masa lajang.Pada masa
lalu Olo adalah ajang pencarian jodoh.Selepas Olo biasanya muda mudi Langgudu
melapor kepada aya bundanya bahwa mereka sudah bertemu jodoh di Tanjung
Langgudu. Olo merupakan acara pesta panen.Menyambut Olo,warga Langgudu membawa
berbagai perbekalan secukupnya. Seperti makanan dan minuman.Langgudu berasal
dari Kanggudu yang berarti berkumpul kumpul.Apakah manusia dan bebatuan.
Di pesisir selatan teluk Waworada terdapat 4
desa yaitu desa Karampi.Waduruka.Sarae Ruma dan Pusu. Sedangkan di bibir utara
terdapat desa Kangga.Dumu. Sambane,Rupe,karumbu,Rompo,Waworada,Kalodu,
Kawuwu,Doro O O dan Laju.Dalam
bentangan keindahan Teluk Waworada di pesisir selatan Bina, terdapat 6 pulau
pulau kecil sebagai penjaga abadi keindahan teluk Waworada. Nisa, demikianlah
sebutan untuk pulau dalam bahasa Bima. “ Ke enam pulau itu adalag Nisa Tengge,
nisa Mbea ,nisa Dora, nisa Lampa Dana, nisa Sura, nisa Malai. Enam pulau ini tidak berpenghuni dan sangat cocok
untuk dijadikan obyek wisata pulau. “ Ungkap
Amrin, salah seorang nelayan dari desa Karampi.
Penulis : Alan Malingi
Post a Comment