Menghimpun Jejak Peradaban Islam Di Dana Mbojo
Peradaban
Islam di Dana Mbojo banyak meninggalkan jejak, baik berupa makam, masjid,
naskah, ornamen dan ragam hias, hingga tradisi dan seni budaya. Kiprah
kesultanan Bima selama 311 tahun telah memberikan banyak jejak yang perlu
dilakukan inventarisasi kembali untuk diteliti dan menjadi bahan kajian-kajian
tentang keberadaan situs-situs kejayaan islam di tanah Bima. Salah satunya
adalah Langgar Kuno Melayu yang saat ini sedang gencar ditata dan
diperbaiki oleh elemen-elemen masyarakat yang peduli. Mereka datang dari
berbagai organisasi dan profesi serta perorangan. Langgar Kuno Melayu memang
minim perhatian pemerintah. Apalagi pasca banjir bandang Kota Bima Desember
2016.
Dalam Diskusi
Sejarah bertajuk "Jejak Islam Di Dana Mbojo " yang berlangsung di
Langgar Kuno Melayu Rabu, 21 Juni 2017 yang dirangkaikan dengan Buka Puasa
Bersama, seluruh peserta diskusi yang terdiri dari Komunitas Budaya Makembo,
Pasukan Jaga Rasa, Birokrat Jalan-Jalan(BJJ), Kalikuma,Sampari,
kandidat Doktor Solihin, dan beberapa awak media yang hadir sepakat untuk
melakukan Inventarisasi Jejak-Jejak Islam Di Dana Mbojo.
Jejak
Islam Di Dana Mbojo tersebar baik di wilayah kota Bima maupun Kabupaten Bima
seperti Makam-makam Kuno sejak abad 17 yang tersebar di Dana Taraha, Masjid
Sultan Salahuddin, Tolobali, Pantai Ule hingga Kolo, Pulau Kambing, Sambori,
Sape dan wilayah-wilayah lainnya. Disamping Makam tersebar pula manuskrip
naskah baik di museum Samparaja maupun di kediaman keturunan para mubaliq,
Jejak lainnya adalah masjid dan Mushalla baik langgar kuno Melayu, Masjid
Sultan Salahuddin, dan Masjid Kalodu. Jejak seni dan tradisi juga memberikan
warna bagaimana kejayaan kesultanan Bima tempo dulu lewat upacara Adat Hanta UA
PUA, Ziki Molu dan Ziki Rati. Disamping itu ada juga tradisi Ziki Guru Bura di
Sape yang masih terus lestari hingga saat ini.
Penulis : Alan Malingi
Post a Comment