f Perang Laut Di Utara Bima - SEJARAHBIMA.COM | Mengupas Sejarah, Budaya dan Pariwisata

Header Ads

Perang Laut Di Utara Bima

21100917_10211827117808077_1801683399_nPengalaman Isuzu tidaklah sedikit mencicipi panasnya perang dunia ke dua. Setelah diluncurkan di Uraga Dock Tokyo pada tahun 1920, sebagai kapal jelajah ringan berkelas NAGARA ia berulang kali diterjunkan dalam berbagai misi diantaranya Guadacanal dan Hongkong. Pada tanggal 4 April 1945, Isuzu dikirim untuk mengangkut detasemen tentara Dai Nipon dari Kupang ke Pulau Sumbawa (Bima). Ia bergabung dalam konvoi bersama sejumlah arsenal laut tentara kekaisaran jepang yang terdiri dari kapal torpedo KARI and penyapu ranjau W-12 and W-34.



Di tengah pelayaran, kelompok Isuzu ternyata terdeteksi keberadaannya oleh formasi kapal selam USS Charr, Besugo dan Gabilan, yang bergabung dengan HMS Spark de sekitar Sumbawa. Taktik formasi empat kapal selam sekutu yang dikenal sebagai Wolpack yang awalnya diperkenalkan oleh U-Boat Jerman dalam perang di Atlantik itu memang menjadi andalan sekutu dalam menghancurkan konfoi kapal perang. Mengingat ramainya kawalan pesawat tempur Jepang, "gerombolan serigala" menunda serangan mereka dan berlindung di kedalaman Laut Flores.

Pada tanggal 6 April 1945, Isuzu akhirnya diserang di utara Sumbawa oleh sepuluh pembom B-25 Mitchell dari Skuadron No. 18 (Hindia Belanda), yang berbasis di Batchelor Airfield di selatan Darwin, Australia. Isuzu mengalami kerusakan, ia nyaris kehilangan lambung kanannya akibat 60 bom seberat 300 kg yang dijatuhkan beberapa diantaranya mengenai sasaran.

Misi kapal yang sudah memperkuat pertahanan Jepang di berbagai negara asia ini berhasil. Pada hari yang sama, Isuzu berhasil mendaratkan pasukan di Teluk Bima, pesisir timur laut Pulau Sumbawa. Namun siapa sangka, gelombang perang pasifik menamatkan kisahnya di kepulauan nusa tenggara. Dalam perjalanan kembali, tak jauh dari daratan Flores, Isuzu kembali diserang tepat pada bagian haluan oleh dari pesawat pembom B-24J "Liberator" dari RAAF RAAD Squadron No. 21 dan No 24 yang berbasis di Northern Territory of Australia. Dalam serangan udara ini, dua B-24 ditembak jatuh oleh pesawat Kekaisaran Jepang.

Di perairan antara Sumbawa dan Pulau Komodo (Selat Sape), konvoi dicegat oleh kapal selam  Besugo (SS-321) yang menembakkan sembilan torpedo ke arah Isuzu dan konvoinya.  Isuzu tidak terkena, namun satu kapal penyapu ranjau Jepang tenggelam di sebelah barat laut Pulau Kelapa.

Keesokan harinya, 7 April 1945 dini hari, 60 mil (97 km) barat laut Bima, Isuzu dihantam lagi oleh satu dari lima torpedo yang dilepaskan oleh Gabilan (SS-252). Torpedo mengenai lambung kiri, menyebabkan banjir air laut ke depan kapal. Kecepatan Isuzu turun di bawah 10 knot (19 km / jam), dan trim haluan.

 

Sementara krunya sedang melakukan perbaikan darurat, kapal selam ketiga, Charr (SS-328) melepaskan empat torpedo, memukul sisi samping Isuzu dua kali di dekat ruang mesin belakang. Charr kemudian melepaskan dua torpedo lagi, yang salah satunya menghentikan total petualangan Isuzu.

Tiga menit setelah ledakan akhirnya ia tenggelam di posisi 07°38's118°09'E/7.633°S118.150°E. Kapal selam USS Spark sempat menyaksikan evakuasi kapten Matsuda dan 450 awak kapal ke kapal pengawal lainnya, sementara 160 orang dinyatakan tewas. Isuzu pun teronggok dalam keheningan pada kedalaman sekitar 1000 meter tak jauh dari Pulau Sangiang Bima. Isuzu maru berbobot 5.659 ton, panjang 162,1 meter mesin 90.000 tenaga kuda (hp).

 

Sumber :  http://www.combinedfleet.com/isuzu_t.htm

Penulis :  Arief Rhakateza Rahman

Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.