Menjaga Kekayaan Donggo
![]() |
Foto bareng Komunitas Makembo dan BJJ usai pendokumentasian Tarian Donggo |
Wajah lama Bima ada di
Donggo. Yohanes Albert mengatakan bahwa orang orang yang mendiami pegunungan di
sebelah tenggara dan barat teluk Bima adalah penduduk asli Bima. Itu hasil
penelitiannya tahun 1901 hingga 1910. Namun akibat perkawinan campuran dan proses
pembauran yang terus menerus terjadi saat ini, telah terjadi banyak perubahan.
Sudah tidak bisa lagi dipisahkan mana asli mana campuran. Semua telah menjadi
Mbojo.
![]() |
Penari Kalero Donggo |
Kekayaan Donggo tidak hanya
dalam balutan keindahan alamnya. Namun yang menggugah perhatian para peneliti
adalah kekayaan khasanah budaya dan tradisinya. Kekayaan itu dapat dilihat dari
sebaran tradisi tutur dan sastra lisannya. “ Beberapa yang masih tersisa adalah
Inambaru, Kalero, Mpisi, Sasero. Kasaro, Ncala, Lanca, Tari Kuuwa dan Dewa Kidi
yang sudah langka Sedangkan kekayaan cerita rakyatnya antara lain Dapidore, La
Lindu, Ponda nda, La Hila dan beberapa kisah tutur lainnya. “ Pengamat Budaya
Bima, Alan Malingi.
Donggo juga kaya akan situs
sejarah seperti Wadu Tunti,Wadu Nocu, wadu pa a, makam yang oleh warga disebut
makam Gajah Mada dan sejumlah situs lainnya seperti Uma Leme dan Pesanggrahan
Donggo yang merupakan bangunan peninggalan kolonial.
Sementara itu, anggota
Komunitas Makemo Rahmat Hidayatullah mengemukakan, Donggo juga masih punya
tradisi perjodohan sejak kecil yang disebut Cepe Kaneve, tradisi Raju serta
pakaian adat yang serba hitam dengan kain tenunan khas dari pewarna alami.
(yayat)
Post a Comment